Kamis, 09 Januari 2014

teknik pengumpulan data kuantitatif

1. Berbagai teknik pengumpulan data kuantitatif Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen, dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. 2. Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun lewat telepon. 1. Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah: 1. Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten ini? a. Sangat bagus b. Bagus c. Tidak bagus d. Sangat tidak bagus 2. Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan bidang kesehatan di kabupaten ini? a. Sangat bagus b. Bagus c. Tidak bagus d. Sangat tidak bagus 2. Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Contoh: Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu? Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. 3. Observasi Menurut Sugiyono (2008, hal. 203), observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner secara berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. 1. Observasi Berperanserta (Participan observation) Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang nampak. 2. Observasi Nonpartisipan Bila dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. a. Observasi Terstruktur Observasi terstruktuur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. b. Observasi Tidak Terstruktur Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dikarenakan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. 4. kuesioner (angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Kuesioner merupkan teknik pengumpulan data yang efisien bila di lakukan bila peneliti tahu dengan pasti variabek yang akan di ukur dan tahu dengan apa ynag bisa di harapkan dengan responden.selain itu, kuesioner juga cocok di gunakan bila jumlah responden cukup besardan tersebar di wilayah yang luas, kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup/terbuka, dapat di berikan kepada responden secara langsung atau di kirim melalui pos atau internet. Bila penelitian di lakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat di antarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman kuesioner kepada responden tidak perlu melalui pos,. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan respondenakan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan suka rela akan memberikan data yang obyektif dan cepat. Uma sekaran dalam sugiyono mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan pengumpulan fisik. 1. Prinsip penulisan angket Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu : isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang di gunakan mudah, pertanyaan tertutup-terbuka, negatuf-positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertnyaan dan urutan pertanyaan. a. Isi dan tujuan pertanyaan Yang di maksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun sesuai dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang di teliti b. Bahasa yang di gunakan Bahasa yang di gunkan dalam penulisan angket harus di sesuiakan dengan kemampuan berbahasa responde. Kalau sekiranya responden tidak bisa berbahasa indonesia, maka angket jangan di susun menggunakan bahasa indonesia. Jadi bahasa yang di gunakan dalam angket harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya dan “frame of referance” dari responden. c. Tipe dan bentuk pertanyaan Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka ata tertutup, dan bentuknya dapat menggunakan pernyataan positif maupun negatif. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengaharapkan respondennya menuliskan jawabannya berbentuk uraian suatu hal. Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawabannya singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu jawaban dari pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval dan ratio adalah bentuk pertanyaan tertutup. d. Pertanyaan tidak mendua Setiap pertanyaan angket jangan mendua sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. e. Tidak menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam instrumrnt angket, sebaiknya juga tudak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat. f. Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau jawaban yang jelek saja. g. Panjang pertanyaan Pertanyaan dalam angket sebiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuta responden jenuh dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan instrument banyak, maka instrumen tersebut di buat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang di gunakan, dan cara mengisinya. Di sarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 sd 30 pertanyaan. h. Urutan pertanyaan Urutan pertanyaan dalam angket, di mulai dari hal yang umum ke hal yang spesisikatau dari hal yang muda menuju hal yang sulit atau di acak. Hal ini perlu di pertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjamab. Kalau padaawalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit maka responden akan putus asa dalam mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang di acak perlu di buat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang di tanyakan sudah tinggi. i. Prinsip pengukuran Angket yang di berikan kepada responden adalh merupakan instrument penelitian, yang di gunakan untuk mengukur variabel yang akan di teliti oleh karena itu instrumen angket harus bisa di gunkan untuk mendapat data yang valid dan realibel tentang variabel yang di ukur, supaya di peroleh data yang valid dan realibel , maka seblum instrumen angket tersebut di berikan kepada responden, maka perlu di uji reabilitas dan validitas terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan realibel bila di gunakan untuk mengumpulkan data akan menghasilkan data yang tidak valid dan realibel juga. j. Penampilan fisik angket Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul dataakan mempengaruhi responden atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang di buat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden di bandingkan dengan angket yang di cetak di kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang di cetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal. 5. SKALA PSIKOLOGIS a. Pengertian skala psikologis Skala psikologis di pandang Oleh syaiful azwar dalam anwar sutoyo, sebagai alat ukur yang memiliki karakteristik khusus a. Cenderung di gunakan untuk mengukur aspek afektif bukan kognitif b. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak di ukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan c. Jawabannya lebih bersifat proyektif d. Selalu berisi banyak aitem berkenaan dengan atribut yang di ukur e. Respon subyek tidak di klasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah’’semua jawaban di anggap benar sepanjang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, jawaban yang berbeda di interpretasikan berbeda pula. b. Kegunaan skala psikologis Skala psikologis di gunakan untuk mengungkap konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan konsep kepribadian individu seperti: tendensi agresifitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan, persepsi, dan motivasi. TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN AITEM 1. TAHAP PENYUSUNAN KUESIONER MC. millan dalam anwar sutoyo, menunjukkan tahap-tahap penyusunan angket dalam diagram berikut: Penjelasan 1. Justifikasi Sebelum melangkah lebih jauh, peneliti perlu mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan teknik yang hendak di gunakan, sebab tidak ada teknik pengumpulandata yang paling sempurna, yang ada hanyalah sesuai atau tidak dengan variable, subyek dan kondisi lingkungannya. 2. Menetapkan tujuan Pada tahap ini peneliti menetapakan tujuan khusus yang ingin di capai melalui kuesioner tersebut. Tujuan tersebut henaknya di dasarkan pada problem riset atau pertanyaa-pertanyaan yang hendak di jawab melalui penelitian. 3. Menulis pertanyaan atau pernyataan Rambu-rambu yang perlu di perhatikan dalam menyusun pertanyaan: a. Tulislah aitem dengan jelas b. Hindari menggunakan pertanyaan atau pernyataan yang menggunakan makna ganda c. Responden harus memiliki jawaban dan memiliki kewenangan untuk menjawab d. Pertanyaan harus relevan e. Aitem yang pendek dan simple adalah yang terbaik f. Hendaknya hindari aitem negatif karena itu akan menyebabkan salah tafsir g. Hindari penggunakan aitem yang maknanya bisa menyimpang atau bias 4. Melihat kembali review aitem-aitem yang telah di susun. 5. Menyusun format keseluruhan 6. Setelah semua bagian tersusun dengan bai, sebelum kuesioner di kirim kepada responden yang sesungguhnya, sebaiknya peneliti melakukan pretestatau tryout preliminer. 7. Atas dasarhasil try out itu kemudian di lakukan perbaikan-perbaikan dan jika di pandang perlu try out ulang hingga mencapai final. 2. TAHAP PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS Saifudin azwar dalam anwar sutoyo, menunjukkan alur kerja skala psikologis sebagai berikut: Penjelasan: 1. Penetapan tujuan Dalam menetapkan tujuan skala psikologis saifuddin azwar dalam anwar sutoyo menyarankan agar pada tahap penetapan tujuan ini di mulai dari tujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi dan mengenali teori yangmendasari konstruk psikologis atribut yang hendak di ukur. 2. Operasionalisasi konsep Pada tahap ini, peneliti melakukan pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstrak yang di definisikan oleh teori yang bersangkutan. 3. Pemilihan bentuk stimulan Sebelum penulisan aitem di mulai, penyusunan skala psikologis perlu menetapkan bentuk atau format stimulus yang hendak di gunakan. Bentuk stimulus ini berkenaan dengan metoda penskalaannya. 4. Penulisan aitem/ reviewaitem Setelah komponen-komponen aitem jelas identifikasinya atau indikator-indikator perilaku telah di rumuskan dengan benar lazimnya di sajikan dalam bentuk blue print dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen dan indikator-indikator perilaku dalam setiap komponen, maka penulisan aitem bisa di mulai 5. Review aitem Review aitem pertama kali di lakukan oleh penulis aitem itu sendiri, yaitu dengan selalu memeriksa ulang setiap aitem yang baru saja di tulis apakah telah sesuai dengan perilaku yang hendak di ungkapdan apakah juga tidak keluar dari penulisan aitem. 6. Uji coba Tujuan utama uji coba aitem adalah untuk mengetahui apakah kalimat-kalimat dalam aitem mudah dan dapat di pahami oleh responden sebagai mana di harapkan oleh penulis aitem. Tujuan kedua yaitu uji coba di jadikan salah satu cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari responden yang akan di gunakan untuk penskalaan atau evaluasi kualitas aitem secara statistik. 7. Analisis aitem Analisis aitem merupakan proses pengujian parameter-parameter aitem guna mengetahui apakah aitem memenuhi persyaratan psikometris untuk di sertakan sebagai bagian dari skala. 8. Kompilasi 1 Untuk mengumpulkan (mengkompilasi) aitem-aitem yang memenuhi persyaratan untuk menjadi bagian dari skala perlu memperhatikan : 1) Apakah suatu item memenuhi persyaratan psikometris atautidak 2) Proposionalitas komponen-komponen skala seperti terteradalam blue print 9. Kompilasi II Aitem-aitem yang terpilih jumlahnya di sesuaikan dengan jumlah yang telah di spesifikan oleh blue print, selanjutnya di lakukan uji reabilitas 6. Validitas Mengacu pada buku “Manajemen Penelitian” Suharsimi (1993), langkah-langkah menguji validitas yaitu ;  Mendifinisikan secara operasional konsep yang akan diukur misalnya mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur dari literatur yang ditulis para ahli. Bila didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, maka peneliti harus membuat definisi dan rumusan konsep tersebut.  Melakukan uji coba pengukuran pada sejumlah responden (minimal 30 responden) agar distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal.  Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan nilai total.  Pengujian ini hanya berlaku untuk data yang berskala ordinal. Jika angkanya diatas angka kritis 3% maka pernyataan-pernyataan ini adalah signifikan/valid, tetapi bila angka tersebut dibawah angka kritis maka pernyataan-pernyataan ini tidak signifikan/valid. 7. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar kesalahan pengukur, makin tidak reliabel alat pengukuran tersebut. Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Nilai korelasi dihadirkan dengan r (Alpha) Kuesioner sebagai instrumen yang digunakan untuk mengukur faktor kemudahan dalam bertransaksi, jaminan kerahasiaan nasabah, kecepatan dan keakuratan dalam memperoleh informasi, faktor pelayanan yang luas dan cepat, loyalitas dan tingkat kepuasan nasabah harus mampu memberikan hasil yang konsisten. Pengukuran tersebut akan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan metode korelasi yang akan meyakinkan hasil dari pengukurannya yang konsisten. Guilford & Ruchter dalam Umar (2000) menjelaskan bila nilai dari reliabel menunjukkan ; o Jika r Alpha (positive) > 0.7 berarti variabel tersebut reliabel o Jika r Alpha (negative) < atau >0.7 berarti variabel tersebut tidak reliabel 8. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik ( Arikunto, 2002: 154 ). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha α, karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket atau daftar pertanyaan yang skornya merupakan rentangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total, dimana untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian maka menggunakan rumus alpha α: Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Syaifuddin Azwar, 2000 : 3). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows. Rumus : α = Keterangan : α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut : Jika alpha atau r hitung: 1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik 2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima 3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik. 9. Pengujian Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002: 144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian instrumen secara keseluruhan. Untuk mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan menggunakan Rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Arikunto, (2002: 146) sebagai berikut: rxy dengan pengertian rxy : koefisien korelasi antara x dan y rxy N : Jumlah Subyek X : Skor item Y : Skor total ∑X : Jumlah skor items ∑Y : Jumlah skor total ∑X2 : Jumlah kuadrat skor item ∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 146 ) Kesesuaian harga rxy diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dikonsultasikan dengan tabel harga regresi moment dengan korelasi harga rxy lebih besar atau sama dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan jika rxy lebih kecil dari regresi tabel maka butir instrumen tersebut tidak valid. klik ppt 6 disini

0 komentar :

Posting Komentar

berikan komentar yang pantas

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.