Gambar ku karo konco ku (gambar1)

Dalam kehidupan, ada hal yang akan datang dengan sendirinya, namun ada juga hal yang perlu untuk diperjuangkan dulu untuk memperolehnya.

kumpul-kumpul di linggo asri

Tidak harus berubah untuk menyenangkan seseorang. Bila kau memang menyenangkan, kau tidak harus bersusah payah untuk mencari perhatian.

bareng bocah-bocah saicopat

Tak ada satupun di dunia ini, yang bisa diperoleh dengan mudah. kerja keras dan doa merupakan langkah untuk dapat mempermudahnya.

kita selamanya

Jangan terlalu mengharap pada apa yang dapat dunia berikan untukmu, tetapi berikan yang terbaik pada dunia. Maka niscaya dunia pun bisa jadi tempat yang lebih indah

Persahabatan itu indah

Tak ada satupun di dunia ini, yang bisa diperoleh dengan mudah. kerja keras dan doa merupakan langkah untuk dapat mempermudahnya.

Kamis, 09 Januari 2014

metode penelitian eksperimen

A. Pengertian Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Hakekat penelitian eksperimen (experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa 2004). Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Manurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakanbahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi 2011:179). Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011:72). Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain. Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium, diantaranya: (a) variabel eksperimen dapat lebih kuat; (b) lebih mudah dalam memberikan perlakuan; (c) dapat melakukan setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan (d) hasil eksperimen lebih aktual. Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1) metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. B. Karakteristik Penelitian Ekperimen Menurut Sukardi (2005: 180) penelitian eksperimen pada umumnya mempuyai tiga karakteristik penting yaitu: 1) Variabel bebas yang dimanipulasi; 2) Variabel lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan; dan 3) Efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan variabel teikat diamati secara langsung oleh peneliti. Ketiga karaktristik tersebut dapat diuraikan secara singkat, sebagai berikut. 1) Memanipulasi Karakteristik pertama yang selalu ada dalam penelitian eksperimen adalah tindakan memanipulasi variabel secara terencana diakukan oleh peneliti, yang dimaksud dengan manipulasi yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat. Misalnya dalam suatu proses penelitian laboratorium, du kelompok yaitu treatment dan kelompok kontrol diberikan suhu ruangan yang bertingkat, yaitu dingin, sedang, dan panas. Perbedaan kondisi ruang tersebut direncanakan sebagai penentu awal agar mereka mempeoleh hasil yang mungkin berbeda diantara kedua grup. Perbedaan yang muncul tersebut diperhitungkan sebagai akibat adanya manipulasi variabel terhadap dua kelompok. 2) Mengontrol variabel Karakteristik kedua yang selalu ada dalam penelitian eksperimen yaitu adanya kontrol yang selalu sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap variabel atau ubahan yang ada. Mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain pada variabe terikat ang mungkin mempengaruhi penampilan variabel tersebut. Kegiatan mengontrol suatu variabel atau subjek dalam penelitian eksperimen memiliki peranan penting karena tanpa melakukan kontrol secara sistematis, seorang peneliti tidak munkin dapat melakukan evaluasi dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variabel terikat. Untuk mengatasi hal tersebut maka proses eksperimen harus dipisahkan dengan variabel luar yang tidak diperlukan tetapi memiliki potensi yang mungkin dapat mempegaruhi hasil pengukuran pada variabel terikat, sehingga peneliti yakin bahwa apabila terjadi perbedaan pada variabel terikat antara grup kontrol dan grup treatment, atau dengan kata lain perbedaan tersebut disebabkn oleh perubahan treatment yang dilakukan oleh peneliti pada variabel bebas. Pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen dan klompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik sama atau mendekti sama, yang membedakan dari kedua kelompok ialah bahwa grup eksperimen diberi teatment atau perlakuan tertentu, sedangkan grup kontrol diberikan treatmen seperti keadaan biasanya. 3) Melakukan observasi Karakteristik yang ketiga dalam penelitian eksperimn adlah adanya tindakan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian belangsung. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap kedua kelompok tersebut. Tujuan melakukan observasi adalah untuk melihat dan mencatat fenomena apa yang memungkinkan terjadinya perbedaan diantara kedua kelompok. C. Langkah-langkah Penelitian Eksperimen Menurut Sukardi (2005: 182--183) langkah-langkah penelitian eksperimen pada prinsipnya sama dengan jenis penelitian lainnya, dapat diterangkan sebagai berikut. 1) Melakukan kajian induktif yang berkaitan erat dengan permaslahan yang hendak dipecahkan; 2) Mengidentifikasi masalah; 3) Melakukan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel; 4) Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup kegiatan: a) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen; b) Menentukan cara untuk mengontrol; c) Memilih desain riset yang tepat; d) Menentukan populasi, memilih sampel yang mewakili dan memilih (desain) sejumlaah subjek penelitian; e) Membagi subjek ke dalam kelompok kontrol atau ke dalam kelompok eksperimen; f) Memberi instrumen yang sesuai, memadai instrumen dan melakukan plot story agar memperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan; dan g) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis. 5) Melakukan eksperimen; 6) Mengumpulkan data kasar dari eksperimen; 7) Mengorrganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan; 8) Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang relevan; dan 9) Membuat laporan eksperimen. D. Tujuan Penelitian Eksperimen Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda. E. Syarat-syarat Penelitian Eksperimen Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hel tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu: 1) peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan penelitian; 2) penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama; 3) peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya; 4) diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan (experimental group). F. Proses Penelitian Eksperimen Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir sama dengan penelitian lainnya. Menurut Gay (1982 : 201) langkah-langkah dalam penelitian eksperimen yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut. (a) Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti. (b) Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. (c) Pembuatan atau pengembangan instrumen. (d) Pemilihan desain penelitian. (e) Eksekusi prosedur. (f) Melakukan analisis data. (g) Memformulasikan simpulan. G. Beberapa Bentuk Desain Penelitian Eksperimen Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tahun 2010, beliau membagi desain penelitian ekperimen kedalam 3 bentuk yakni pre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design. 1. Pre-experimental design Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain : a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan) Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-shot case study adalah sebagai berikut. X O Perlakuan terhadap variabel independen (Treatment of independent variable) Pengamatan atau pengukuran terhadap variabel dependen (Observation or measurement of dependent variable) Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O). b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes) Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk one group pretest-posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut. O1 X O2 Pretest Treatment Posttest Pengaruh perlakuan: O1 – O2. Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun. c. Intact-Group Comparison Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak. Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut. X O1 O2 O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi perlakuan. Pengaruh perlakuan: O1 – O2. Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah. 2. True Experimental Design Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas : a. Posstest-Only Control Design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. b. Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. c. The Solomon Four-Group Design. Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest. 3. Quasi Experimental Design Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut: a. Time Series Design Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. b. Nonequivalent Control Group Design Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes. c. Conterbalanced Design Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random. 4. Factorial Design Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal. ppt klik disini DAFTAR PUSTAKA Alsa, Asmadi. (2004) Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ary, D., Jacob, L.C. and Razavieh, A. (1985). Introduction to Research in Education. Hadi, Sutrisno. (1985) Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Latipun. (2002) Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. 3rdEdition. New York: Holt, Rinehart and Winston. Fred N. Kerlinger. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

teknik pengumpulan data kuantitatif

1. Berbagai teknik pengumpulan data kuantitatif Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen, dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. 2. Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun lewat telepon. 1. Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah: 1. Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten ini? a. Sangat bagus b. Bagus c. Tidak bagus d. Sangat tidak bagus 2. Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan bidang kesehatan di kabupaten ini? a. Sangat bagus b. Bagus c. Tidak bagus d. Sangat tidak bagus 2. Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Contoh: Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu? Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. 3. Observasi Menurut Sugiyono (2008, hal. 203), observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner secara berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. 1. Observasi Berperanserta (Participan observation) Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang nampak. 2. Observasi Nonpartisipan Bila dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. a. Observasi Terstruktur Observasi terstruktuur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. b. Observasi Tidak Terstruktur Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dikarenakan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. 4. kuesioner (angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Kuesioner merupkan teknik pengumpulan data yang efisien bila di lakukan bila peneliti tahu dengan pasti variabek yang akan di ukur dan tahu dengan apa ynag bisa di harapkan dengan responden.selain itu, kuesioner juga cocok di gunakan bila jumlah responden cukup besardan tersebar di wilayah yang luas, kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup/terbuka, dapat di berikan kepada responden secara langsung atau di kirim melalui pos atau internet. Bila penelitian di lakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat di antarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman kuesioner kepada responden tidak perlu melalui pos,. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan respondenakan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan suka rela akan memberikan data yang obyektif dan cepat. Uma sekaran dalam sugiyono mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan pengumpulan fisik. 1. Prinsip penulisan angket Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu : isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang di gunakan mudah, pertanyaan tertutup-terbuka, negatuf-positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertnyaan dan urutan pertanyaan. a. Isi dan tujuan pertanyaan Yang di maksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun sesuai dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang di teliti b. Bahasa yang di gunakan Bahasa yang di gunkan dalam penulisan angket harus di sesuiakan dengan kemampuan berbahasa responde. Kalau sekiranya responden tidak bisa berbahasa indonesia, maka angket jangan di susun menggunakan bahasa indonesia. Jadi bahasa yang di gunakan dalam angket harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya dan “frame of referance” dari responden. c. Tipe dan bentuk pertanyaan Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka ata tertutup, dan bentuknya dapat menggunakan pernyataan positif maupun negatif. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengaharapkan respondennya menuliskan jawabannya berbentuk uraian suatu hal. Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawabannya singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu jawaban dari pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval dan ratio adalah bentuk pertanyaan tertutup. d. Pertanyaan tidak mendua Setiap pertanyaan angket jangan mendua sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. e. Tidak menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam instrumrnt angket, sebaiknya juga tudak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat. f. Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau jawaban yang jelek saja. g. Panjang pertanyaan Pertanyaan dalam angket sebiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuta responden jenuh dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan instrument banyak, maka instrumen tersebut di buat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang di gunakan, dan cara mengisinya. Di sarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 sd 30 pertanyaan. h. Urutan pertanyaan Urutan pertanyaan dalam angket, di mulai dari hal yang umum ke hal yang spesisikatau dari hal yang muda menuju hal yang sulit atau di acak. Hal ini perlu di pertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjamab. Kalau padaawalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit maka responden akan putus asa dalam mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang di acak perlu di buat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang di tanyakan sudah tinggi. i. Prinsip pengukuran Angket yang di berikan kepada responden adalh merupakan instrument penelitian, yang di gunakan untuk mengukur variabel yang akan di teliti oleh karena itu instrumen angket harus bisa di gunkan untuk mendapat data yang valid dan realibel tentang variabel yang di ukur, supaya di peroleh data yang valid dan realibel , maka seblum instrumen angket tersebut di berikan kepada responden, maka perlu di uji reabilitas dan validitas terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan realibel bila di gunakan untuk mengumpulkan data akan menghasilkan data yang tidak valid dan realibel juga. j. Penampilan fisik angket Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul dataakan mempengaruhi responden atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang di buat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden di bandingkan dengan angket yang di cetak di kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang di cetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal. 5. SKALA PSIKOLOGIS a. Pengertian skala psikologis Skala psikologis di pandang Oleh syaiful azwar dalam anwar sutoyo, sebagai alat ukur yang memiliki karakteristik khusus a. Cenderung di gunakan untuk mengukur aspek afektif bukan kognitif b. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak di ukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan c. Jawabannya lebih bersifat proyektif d. Selalu berisi banyak aitem berkenaan dengan atribut yang di ukur e. Respon subyek tidak di klasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah’’semua jawaban di anggap benar sepanjang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, jawaban yang berbeda di interpretasikan berbeda pula. b. Kegunaan skala psikologis Skala psikologis di gunakan untuk mengungkap konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan konsep kepribadian individu seperti: tendensi agresifitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan, persepsi, dan motivasi. TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN AITEM 1. TAHAP PENYUSUNAN KUESIONER MC. millan dalam anwar sutoyo, menunjukkan tahap-tahap penyusunan angket dalam diagram berikut: Penjelasan 1. Justifikasi Sebelum melangkah lebih jauh, peneliti perlu mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan teknik yang hendak di gunakan, sebab tidak ada teknik pengumpulandata yang paling sempurna, yang ada hanyalah sesuai atau tidak dengan variable, subyek dan kondisi lingkungannya. 2. Menetapkan tujuan Pada tahap ini peneliti menetapakan tujuan khusus yang ingin di capai melalui kuesioner tersebut. Tujuan tersebut henaknya di dasarkan pada problem riset atau pertanyaa-pertanyaan yang hendak di jawab melalui penelitian. 3. Menulis pertanyaan atau pernyataan Rambu-rambu yang perlu di perhatikan dalam menyusun pertanyaan: a. Tulislah aitem dengan jelas b. Hindari menggunakan pertanyaan atau pernyataan yang menggunakan makna ganda c. Responden harus memiliki jawaban dan memiliki kewenangan untuk menjawab d. Pertanyaan harus relevan e. Aitem yang pendek dan simple adalah yang terbaik f. Hendaknya hindari aitem negatif karena itu akan menyebabkan salah tafsir g. Hindari penggunakan aitem yang maknanya bisa menyimpang atau bias 4. Melihat kembali review aitem-aitem yang telah di susun. 5. Menyusun format keseluruhan 6. Setelah semua bagian tersusun dengan bai, sebelum kuesioner di kirim kepada responden yang sesungguhnya, sebaiknya peneliti melakukan pretestatau tryout preliminer. 7. Atas dasarhasil try out itu kemudian di lakukan perbaikan-perbaikan dan jika di pandang perlu try out ulang hingga mencapai final. 2. TAHAP PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS Saifudin azwar dalam anwar sutoyo, menunjukkan alur kerja skala psikologis sebagai berikut: Penjelasan: 1. Penetapan tujuan Dalam menetapkan tujuan skala psikologis saifuddin azwar dalam anwar sutoyo menyarankan agar pada tahap penetapan tujuan ini di mulai dari tujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi dan mengenali teori yangmendasari konstruk psikologis atribut yang hendak di ukur. 2. Operasionalisasi konsep Pada tahap ini, peneliti melakukan pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstrak yang di definisikan oleh teori yang bersangkutan. 3. Pemilihan bentuk stimulan Sebelum penulisan aitem di mulai, penyusunan skala psikologis perlu menetapkan bentuk atau format stimulus yang hendak di gunakan. Bentuk stimulus ini berkenaan dengan metoda penskalaannya. 4. Penulisan aitem/ reviewaitem Setelah komponen-komponen aitem jelas identifikasinya atau indikator-indikator perilaku telah di rumuskan dengan benar lazimnya di sajikan dalam bentuk blue print dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen dan indikator-indikator perilaku dalam setiap komponen, maka penulisan aitem bisa di mulai 5. Review aitem Review aitem pertama kali di lakukan oleh penulis aitem itu sendiri, yaitu dengan selalu memeriksa ulang setiap aitem yang baru saja di tulis apakah telah sesuai dengan perilaku yang hendak di ungkapdan apakah juga tidak keluar dari penulisan aitem. 6. Uji coba Tujuan utama uji coba aitem adalah untuk mengetahui apakah kalimat-kalimat dalam aitem mudah dan dapat di pahami oleh responden sebagai mana di harapkan oleh penulis aitem. Tujuan kedua yaitu uji coba di jadikan salah satu cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari responden yang akan di gunakan untuk penskalaan atau evaluasi kualitas aitem secara statistik. 7. Analisis aitem Analisis aitem merupakan proses pengujian parameter-parameter aitem guna mengetahui apakah aitem memenuhi persyaratan psikometris untuk di sertakan sebagai bagian dari skala. 8. Kompilasi 1 Untuk mengumpulkan (mengkompilasi) aitem-aitem yang memenuhi persyaratan untuk menjadi bagian dari skala perlu memperhatikan : 1) Apakah suatu item memenuhi persyaratan psikometris atautidak 2) Proposionalitas komponen-komponen skala seperti terteradalam blue print 9. Kompilasi II Aitem-aitem yang terpilih jumlahnya di sesuaikan dengan jumlah yang telah di spesifikan oleh blue print, selanjutnya di lakukan uji reabilitas 6. Validitas Mengacu pada buku “Manajemen Penelitian” Suharsimi (1993), langkah-langkah menguji validitas yaitu ;  Mendifinisikan secara operasional konsep yang akan diukur misalnya mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur dari literatur yang ditulis para ahli. Bila didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, maka peneliti harus membuat definisi dan rumusan konsep tersebut.  Melakukan uji coba pengukuran pada sejumlah responden (minimal 30 responden) agar distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal.  Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan nilai total.  Pengujian ini hanya berlaku untuk data yang berskala ordinal. Jika angkanya diatas angka kritis 3% maka pernyataan-pernyataan ini adalah signifikan/valid, tetapi bila angka tersebut dibawah angka kritis maka pernyataan-pernyataan ini tidak signifikan/valid. 7. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar kesalahan pengukur, makin tidak reliabel alat pengukuran tersebut. Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Nilai korelasi dihadirkan dengan r (Alpha) Kuesioner sebagai instrumen yang digunakan untuk mengukur faktor kemudahan dalam bertransaksi, jaminan kerahasiaan nasabah, kecepatan dan keakuratan dalam memperoleh informasi, faktor pelayanan yang luas dan cepat, loyalitas dan tingkat kepuasan nasabah harus mampu memberikan hasil yang konsisten. Pengukuran tersebut akan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan metode korelasi yang akan meyakinkan hasil dari pengukurannya yang konsisten. Guilford & Ruchter dalam Umar (2000) menjelaskan bila nilai dari reliabel menunjukkan ; o Jika r Alpha (positive) > 0.7 berarti variabel tersebut reliabel o Jika r Alpha (negative) < atau >0.7 berarti variabel tersebut tidak reliabel 8. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik ( Arikunto, 2002: 154 ). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha α, karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket atau daftar pertanyaan yang skornya merupakan rentangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total, dimana untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian maka menggunakan rumus alpha α: Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Syaifuddin Azwar, 2000 : 3). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows. Rumus : α = Keterangan : α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut : Jika alpha atau r hitung: 1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik 2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima 3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik. 9. Pengujian Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002: 144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian instrumen secara keseluruhan. Untuk mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan menggunakan Rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Arikunto, (2002: 146) sebagai berikut: rxy dengan pengertian rxy : koefisien korelasi antara x dan y rxy N : Jumlah Subyek X : Skor item Y : Skor total ∑X : Jumlah skor items ∑Y : Jumlah skor total ∑X2 : Jumlah kuadrat skor item ∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 146 ) Kesesuaian harga rxy diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dikonsultasikan dengan tabel harga regresi moment dengan korelasi harga rxy lebih besar atau sama dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan jika rxy lebih kecil dari regresi tabel maka butir instrumen tersebut tidak valid. klik ppt 6 disini

MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bisa digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Macam-macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah: Skala Likert Skala Guttman Rating Scale Semantic Deferential Ke empat jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata yang antara lain: Sangat setuju a. Selalu Setuju b. Sering Ragu-ragu c. Kadang-kadang Tidak setuju c. Tidak pernah Sangat tidak setuju Sangat positif a. Sangat baik Positif b. Baik Negatif c. Tidak baik Sangat negatif d. Sangat tidak baik Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 Setuju/sering/positif diberi skor 4 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Contoh Bentuk Checklis: Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda (v) pada kolom yang tersedia. No. Pertanyaan Jawaban SS ST RG TS STS 1. 2. Sekolah ini akan menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik ........................................................... SS = sangat setuju diberi skor 5 ST = setuju diberi skor 4 RG = Ragu-ragu diberi skor 3 TS = Tidak setuju diberi skor 2 STS = sangat tidak setuju diberi skor 1 Contoh bentuk pilihan ganda Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia. Contoh: Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan anda? Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu/netral Setuju Sangat setuju Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Contoh: Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala sekolah disini? Setuju Tidak setuju Apakah sekolah anda dekat jalan protokol? Ya Tidak Semantic Deferensial Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Contoh: Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan yang negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai. Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap Kepala Sekolah sangat negatif. Rating Scale Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Contoh: Seberapa baik ruang kelas di sekolah ini A? Berilah jawaban dengan angka: 4. bila tata ruang itu sangat baik 3. bila tata ruang itu cukup baik 2. bila tata ruang itu kurang baik 1. bila tata ruang itu sangat tidak baik Selain instrumen seperti yang telah dibicarakan di atas, ada instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nominal dan ordinal. Instrumen untuk menjaring data nominal Contoh: Berapakah jumlah guru di sekolah anda? ..... guru. Berapakah Guru yang dapat berbahasa Inggris? .... guru. Berapa muruid yang anda sukai? .... murid. Instrumen untuk menjaring data ordinal Contoh: Berilah rangking terhadap prestasi belajar sepuluh murid di kelas ini? RANGKING TERHADAP SEPULUH MURID DI SEKOLAH A Nama Murid Rangking Nomor A .... B .... C .... D 1 E .... F ... Misalnya murid bernama D adalah yang paling baik prestasinya, maka murid tersebut diberi rangking 1. INSTRUMEN PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah kalorimeter, variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Instrumen-instrumen dalam penelitian pendidikan memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif prestasi, (n-ach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain. Jumlah instrumen penelitian tergabtung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “Pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja, sekolah terhadap prestasi belajar anak”. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu: Instrumen untuk mengukur kepemimpinan Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah, Instrumen untuk mengukur prestasi belajar murid Cara Menyusun Instrumen Instrument-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang pendidikan khususnya yang sudah baku sulit ditewmukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrument yang digunakan untuk penelitian. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indicator yang akan diukur. Dari indicator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrument, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrument atau kisi-kisi instrument”. Sebagai contoh misalnya variabel penelitianya “tingkat kekayaan” indicator kekayaan misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indicator rumah, bentuk pertanyaanya misalnya: 1) berapa jumlah anak, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dan sebagainya. Untuk bisa menetapkan indicator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk mnyusun instrument harus cermat agar diperoleh indicator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil –hasil penelitian sebelumnya yang sejenis , dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli. KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN No Variabel Aspek Indikator Jumlah butir 1 Pelaksanaan MPMBS Pilar Mutu Visi-misi dan tujuan penyelenggaraan pendidikan 1 Mempunyai program unggulan 2 Terselenggarakanya pendidikan berwawasan mutu 9 Diketahui hasil output pendidikan di SMK 8 Partisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK 9 Kemandirian dalam Penyelenggaraan SMK 8 Transparansi dalam Penyelenggaraan Pendidikan 7 2 Kinerja Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan Pertimbangan dalam merencanaan Sekolah 4 Pendukung pelaksanaan Program 2 Sebagai Badan Hukum Pertimbangan dalam Pengelolaan Sumber daya, sarana dan prasarana 2 Pendukung dalam Pengelolaan anggaran 2 Sebagai Badan Kontrol Kontrol Perencanaan Pendidikan 2 Kontrol Pelaksanaan Program 2 Kontrol Output Pendidikan 2 Komite Sekolah sebagai penghubung Penghubung perencanaan Penghubung pelaksanaan program 5 3 Profesionalisme Guru Mengelola Pembelajaran Menyusun rencana Pembelajaran 1 Melaksanakan interaksi belajar mengajar 2 Penilaian prestasi belajar siswa 3 Melaksanakan tindak lanjut hasil penelitian 3 Bimbingan Belajar Siswa 1 4 Pengembangan Profesi Pengembangan diri 1 Pengembangan Profesional 4 Menguasai Kemampuan Akademik Memahami wawasan Kependidikan 3 Menguasai bahan kajian akademik 3 Sebagai Manajer Memahami Visi, Misi dan Tujuan Sekolah 1 Melakukan perencanaan 10 Melakukan Pengorganisasian 2 Menggerakan seluruh warga sekolah 3 Melakukan Pengawasan melekat 1 Sebagai Pemimpin Kepribadian 2 Memotivasi 1 Pengambilan Keputusan 1 Komunikasi 1 Pendelegasian 1 Sebagai Wira usahawan Analisis tantangan dan Peluang 2 Menghargai waktu 1 Pemanfaatan Sumberdaya 1 Pencipta Iklim Kerja Menciptakan ruang dan lingkungan kerja yang nyaman 1 Suasana Kerja 1 Sebagai Pendidik Bimbingan kepada warga sekolah 2 Menyelenggarakan program diklat bagi guru dan staf 2 Menyelenggarakan Konsultasi 1 Pembinaan Kewirausahaan Menciptakan tata tertib disekolah 5 Melakukan Supervisi 1 Melaksanakan tindak lanjut Supervisi 1 D. Langkah-langkah Menyusun Instrumen Supaya penyusunan instrument lebih sistematis, sehingga mudah untuk dikontrol, dikonsultasikan, dikoreksi, pada orang ahli, maka sebelum instrument disusun menjadi item-item instrument. Maka perlu dibuat kisi-kisi instrument. Selanjutnya untuk menyusun item-item instrument, maka indicator dari variabel yang akan diteliti dijabarkan menjadi item-item instrument. Item-item instrument harus disusun dengan bahasa yang jelas sehingga semua fihak yang berkepentingan tahu apa yang dimaksud dalam item instrument tersebut. Indicator-indikator variabel itu sering disebut suatu “construct” dari suatu konsep instrument, yang dalam membuatnya diperlukan berbagai konsep dan teori serta hasil penelitian yang memadai. Instrumen dapat dibuat dalam bentuk rating scale atau checklist. Bentuk-bentuk instrument mana yang akan dipilih tergantung beberapa faktor, diantaranya adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Bila akan menggunakan angket, maka bentuk pilihan ganda lebih komunikatif, tetapi tidak hemat kertas, dan instrument menjadi tebal sehingga responden malas untuk menjawabnya. Bentuk checklist, dan rating scale dapat digunakan sebagai pedoman observasi maupun wawancara. Kapan ketiga metode pengumpulan data ini digunakan? Angket : digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia. Observasi : digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil. Wawancara : digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Gabungan Ketiganya : digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat dan konsisten. E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kalau dalam objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitiannya tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konsisten. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat yang mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen- instrumen dalam ilmu alam, misalnya meteran, thermometer, timbangan, biasnya telah diakui validitasnya dan reliabilitasnya (kecuali instrumen yang sudah rusak dan palsu). Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang nontest untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang “salah atau benar” tapi bersifat “positif dan negatif” Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumenyang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilakn data kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarka tujuan yang telah dirumuskan. F. Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrument Berikut ini di kemukakan cara pengujian validitas dan reabilitas instrument yang akan di gunakan untuk penelitian Pengujian Validitas instrument Pengujian valditas konstrak( construct validity) Untuk menguji validitas konstrak, di gunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrument di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan di ukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya di konstultasikan dengan ahli. Para ahli di minta pendapatnya tentang tentang instrumen yang telah di susun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat di gunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin di rombok total. Jumlah tenaga ahli yang di gunakan minimal 3 orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang di teliti. Setelah pengujian konstruk dari ahli dan berdasarkan pengalaman selesai, maka di teruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut di cobakan pada sampel dari mana populasi di ambil.(pengujian pengalaman empiris di tujukan pada pengujian validitas external) jumlah anggota sampel yang di gunakan sekitar 30 orang. Setelah data di tabulasikan maka pengujian validitas konstruksi di lakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor,dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas isi Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isidapat di lakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan meteri pelajaran yang telah di ajarkan. Seseorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang di terapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak memiliki validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat di laksanakan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah di tetapkan. Secara teknis pengujian isi validitas konstruk dan validitas dapat di bantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau matrik pengembangan instrument. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang di teliti, indikator sebagai talak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang di jabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat di lakukan dengan mudah dan sistematis. Pada setiap instrumen baik test maupun nontes terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataa. Untuk menguji validitas butir-butir instrumren lebih lanjut, maka setelah di konsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya di uji cobakan, dan di anaisis sesuia dengan analisis item atau uji coba. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda di lakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah. Pengujian rebilitas instrumen Pengujian rebilitas instrumen dapat di lakukan secara internal maupun eksternal, secara eksternal pengujian dapat di lakukan dengan test-re test (stability), equivalent dan gabungan keduanya. Secra internal rebilitas instrument dapat di uji dengan menganalisis konstitusi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Test – retest Instrument penelitian yang reabilitasnya di uji dengan test- retest di lakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali kepada responden . jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reabilitas di ukur dari koefisien korelasi antara percobaan yang pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan dan signifikan maka instrument itu sudah dpat di katakan relibel. Pengujian cara ini sering juga di sebut stability. Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh untuk satu butir saja : berapa tahu pengalaman kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan tersebut dpat ekuivalen dengan pertanyaan berikut. Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini? Pengujian realbilitas instrumentdengan cara ini cukup di lakukan sekali, tetapi instrumentnya dua, pada responden sama, waktu sama, instrument berbeda. Rebilitas instrumen di hitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrument yang di jadikan equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument dapat di katakan reliabel. Gabungan Pengujian reabilitas ini di lakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama, jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua reabilitas instrument di lakukan dengan mengkorelasikan dua instrument , setelah itu di korelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya di korelasikan secara silang. Internal consistensy Pengujian realibilitas dan internal konsistensi di lakukan dengan caramencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang datdi peroleh di analisi dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat di gunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument. Pengujian reabilitas instrumrn dapat di lakukan dengan teknik belah dua dari spearman brown KR 20, KR 21, dan anova hoyt berikut di berikan rumus-rumusnya. Rumus spearman brown: Dimana: r_1= reabilitas internal seluruh instrumen r_b= korelasi produk moment antara belahan pertama dan kedua RUMUS KR. 20   Dimana : k = Jumlah item dalam instrumen pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1 qi = 1 – pi S2i = varians total RUMUS KR 21 Dimana : k = jumlah item dalam instrumen M = mean skor total S2i = varians total Analisis varian hoyt r_1= 1-( mk_e)/(mk_s ) Contoh pengujian validitas dan rebilitas Pengujian validitas instrumen Pengujian validitas tiap butir di gunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Pengujian reabilitas instrument Pengujian rebilitas instrumen di lakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua yang di analisis dengan rumus spearman brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Selanjutnya skor data kelompok itu di susun sendiri. klik disini ppt

Hakekat Kajian Teori, Kerangka Pikir, dan Hipotesis dalam Penelitian Kuantitatif

Pengertian teori penelitian Setelah masalah penelitian di rumuskan , maka langkah kedua setelah proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generaslisasihasil penelitian yang dapat di jadikan sebagai landasan teoris untuk pelaksanaan penelitian (sumadi suryabrata dalam sugiyono). Pengertian teori penelitian oleh para ahli: Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti di katakan oleh neumen dalam sugiyono “ research use theory differentlyin various types of research, but some typeof theory is present in mist social research”. memanfaatkan teori penelitian differentlyin berbagai jenis penelitian, tetapi beberapa teori typeof hadir dalam penelitian sosial kabut Kerlinger dalam sugiyono mengemukakan bahwatheory is a set of interrelated construk (concept), definitions, and proposition, that present a sistematicview of phenomena by specifying relation among variables, with purpose of explaining and perdicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep) definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik,melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. William wiersma dalamsugiyono , teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat di gunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Cooper and schiendler dalam sugiyono mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konsep , definisi dan proporsi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat di gunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. hadi tono dalam sugiyono menyatakan bahwa suatu teori memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, meramalkan , dan menerangkan gejala yang ada. Mark dalam sugiyono mark 1963 dalam sugiyono membedakan ada 3 macam teori. Ketiga teori yang di maksud ini berhubungan data empiris. Dengan demikian dapat di bedakan antara lain: Teori yang deduktif : memeberi keterangan yang di mulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan di terangkan. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini di jumpai pada kaum behaviorist. Teori yang fungsional : disini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengeruhipembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data. Berdasarkan tiga pandangan ini dpaat di simpulkan bahwa teori dapat di pandang sebagai berikut: Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukuman ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat di ramalkan sebelumnya. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang di peroleh secara empirisdalam suatu bidang tertentu. Disini orang mulai dari data yang di peroleh itu datang suatu konsep yang teoritis( induktif). Suatu teori juga dapat menunjukkan pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis. Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat di tarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah adalah konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini di peroleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat di uji kenbenarannya, bila tidak , dia bukan suatu teori. Teori semacam ini mempunyai dasar empiris. Suatu teori dapat memandang suatu gejala yang di hadapi dari sudut yang berbeda-beda., misalnya dapat dengan menerapkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan menginterpretsi secara kritis.(habermas dalam sugiyono). Teori adalah alur logika atau penalaran , yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang di susun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), pengendalian (control) suatu gejala. Dalam bidang administrasi pendidikan hoy & miscel dalam sugiyono mengemikakan definisi teori sebagai berikut. “theory in administration, however have the same role as theory in physics, chemistry or biology; that is providing general explanation and guiding research”. Selanjutnya di definisikan bahwa teori adlah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat di gunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam organisasi. Berdasarkan yang di kemukakan oleh hoy & miscel dalam sugiyono dapat di kemukakan disini bahwa : Teori itu berkenaan dengan konsep asumsi dan generalisasi yang logis Berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan Sebagi stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. Selanjutnya hoy dan miscel dalam sugiyono juga mengungkapkan bahwa komponen teori itu meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam administrasi adalah leadership (kepemimpinan), satisfaction (kepuasan), dan informal organization (organisasi informal). Asumsi merupakan pernyataan di terima kebenarannya tanpa pembuktian. Contoh asumsi dalam bidang administrasi pendidikan: Administrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalam organisasi. Administrasi merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam organisasi sosial. Tingkatan teori dan fokus penelitian Numan dalam sugiyono mengemukakan tingkatan teori menjadi tiga yaitu: micro, meso dan macro. Micro level theory : small, slice of time , space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso level theory : atempt to link macro and micro levels or to operate at an intermediate levels. Contoh teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory : concern the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more consept that are abstarct Artinya: Teori tingkat mikro: kecil, sepotong waktu, ruang, atau sejumlah orang. Konsep biasanya tidak sangat abstrak. Meso teori tingkat: atempt untuk menghubungkan tingkat makro dan mikro atau untuk beroperasi pada tingkat menengah. Contoh Teori organisasi Dan Gerakan sosialnya, atau Komunitas tertentu. Makro tingkat teori: keprihatinan pengoperasian agregat lebih besar seperti lembaga sosial, seluruh sistem budaya, dan seluruh masyarakat. Menggunakan lebih consept yang abstarct Selanjutnya di jelaskan dalam (sugiyono: 83) bahwa fokus penelitian di bedakan menjadi tiga yaitu teori substantif, teori formal, dan midle range theory. Substantive theory is developed for a spesific are of social concern, such a deliquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptualare in general theory, suchas deviance, socialization, or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range theory is principally used in sosiology to guide empirical inquiry. Artinya: Teori substantif dikembangkan untuk spesifik adalah kepedulian sosial, seperti geng deliquent, pemogokan, diforce, atau hubungan ras. teori formal dikembangkan untuk conceptualare luas secara teori umum, suchas penyimpangan, sosialisasi, atau kekuasaan. teori kisaran Midle sedikit lebih abstrak dari generalisasi empirik atau hipotesis tertentu. Teori kisaran midle ini terutama digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penyelidikan empiris. Teori yang akan di gunakan untuk perumusan hipotesis yang akan di uji melalui pengumpulan data adalah teori substantif, kaena teori ini lebih fokus berlaku untuk objek yang akan di teliti. Kegunaan Teori Dalam Penelitian Cooper and Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah: Kita perlu mempelajari teori mempersempit kisaran fakta. Teori menyarankan pendekatan penelitian yang memungkinkan untuk menghasilkan makna terbesar. Teori menyarankan sistem untuk penelitian untuk memaksakan data untuk mengklasifikasikan mereka dalam cara yang paling berarti. Teori merangkum apa yang diketahui tentang objek studi dan menyatakan keseragaman yang berada di luar pengamatan langsung Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lanjut yang harus ditemukan William Wiersma (1986) menyatakan bahwa "Pada dasarnya, teori membantu menyediakan kerangka kerja dengan melayani sebagai titik tolak untuk mengejar masalah penelitian. teori mengidentifikasi faktor-faktor penting. itu profides panduan untuk sistematisasi dan interrelating aspek farious penelitian. bagaimana pernah, selain menyediakan vies sistematis dari faktor-faktor yang diteliti, teori ini juga mungkin sangat baik mengidentifikasi kesenjangan, titik lemah, dan inkonsistensi yang menunjukkan perlunya penelitian tambahan. juga, pengembangan teori dapat menerangi jalan bagi penelitian lanjutan tentang fenomena bawah study.another fungsi teori adalah menyediakan satu atau lebih generalisasi yang dapat menguji dan digunakan dalam aplikasi praktis dan penelitian lebih lanjut" Gawin dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyatakan bahwa fungsi teori sebagai berikut...teori membantu peneliti untuk menganalisis data untuk membuat shorthhand summarization atau sinopsis data dan realations, dan menyarankan hal-hal baru untuk mencoba. Selanjutnya dinyatakan bahwa, ciri-ciri teori yang baik menurut Mouly adalah: Sistem teoritis harus mengizinkan pemotongan yang diuji secara empiris. Teori harus comatible baik dengan observasi dan dengan teori sebelumnya divalidasi teori harus dinyatakan dalam istilah yang sederhana, teori yang paling baik yang menjelaskan sebagian besar dalam bentuk yang paling sederhana. Teori-teori ilmiah harus didasarkan pada fakta-fakta empiris dan hubungan. Landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Pohon teori-teori sangat luas dan dapat disusun ke dalam pohon teori pendidikan. Teori-teori pendidikan dapat tersusun dalam bentuk pohon ilmu pendidikan. Akar dari ilmu pendidikan dikembangkan dari: ilmu-ilmu tingkah laku, biologi, fisiologi, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi,. Selain itu juga dikembangkan dari pengalaman empiris praktik pendidikan sekolah dan luar sekolah. Cita-cita hidup, agama, hukum, konstitusi, sejarah dan adat istiadat juga digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pendidikan. Selanjutnya, Redja Mudyahardjo, (2002) mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi kedua yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif,. Selanjutnya fungsi teori yang ke tiga (kontrol) digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah. Dalam proses penelitian, dapat terlihat bahwa untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir. Membaca buku adalah prinsip berpikir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsip berpikir induksi. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berpikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian. Deskripsi Teori Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran. Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin mutakhir teori. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari: permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan. Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut: Tetapkan nama variabel yang akan diteliti, dan jumlah variabel. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan, dan saran yang diberikan). Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca. Deskripsikan teori-teori yang telah di baca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan. Kerangka Berfikir Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) dalam sugiyono mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakah deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi variasi besaran variabel yang diteliti(Sapto Haryoko, 1999). Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk hubungan maupun komparasi. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yag menjadi objek permasalahan. Penjelasan teori penelitian: Menetapkan variabel yang diteliti Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap vaiabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan. Membaca buku dan hasil penelitian Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah laporan penelitian, journal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi. Deskripsi teori dan hasil penelitian Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian Pada tahap ini penelitian melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. Sintesa kesimpulan Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan antar sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merupakan hipotesis. Kerangka berpikir Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif atau perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; Jika guru kompeten maka hasil belajar akan tinggi. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun hipotesi. Bila kerangka berfikir berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar. Uma Sekaran (1992) dalam sugiyono mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut: Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antara variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antara variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbal balik). Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. Kerlinger (2000:30) mengatakan hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative), dan menghubungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu dengan yang lain. Tentang hipotesis dan pernyataan yang baik, ada dua kriteria. Satu, hipotesis adalah pernyataan tentang relasi antara variabel-variabel. Kedua, hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan-hubungan yang dinyatakan itu. Maka, kriteria ini berarti bahwa pernyataan hipotesis mengandung dua variabel atau lebih yang dapat diukur (ditata), atau berkemungkinan untuki dapat diukur dan bahwa pernyataan hipotesis menunjuk secara jelas dan tegas cara variabel-variabel itu berhubungan. Dalam Azwar (2007:49), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dari perumusan pertanyaan penelitian. Perumusan hipotesis yang benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut : Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan deklaratif (declarative statements), bukan kalimat pertanyaan. Hipotesis berisi pernyataan mengenai hubungan antara paling sedikit dua variabel. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis yang dapat diuji akan secara spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan antar variabel-variabel termaksud. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Data dikumpulkan dari populasi, kesimpulan berlaku untuk populasi. Gambar 1. Penelitian populasi, tidak ada hipotesis statistik. Pentingnya Hipotesis Kerlinger (2000:32-33) mengatakan hipotesis adalah alat yang penting dan mutlak perlu dalam penelitian ilmiah. Ada tiga alasan utama yang menopang pandangan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dijabarkan dari teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya. Fakta-fakta yang terisolasi tidaklah diuji dengan cara yang penulis nyatakan sebelum ini. Yang duji hanyalah relasi (hubungan). Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah kiranya yang merupakan alasan utama mengapa ia digunakan dalam telaah ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat “keluar” dari dirinya sendiri. Sungguhpun disusun oleh manusia, hipotesis itu ada, dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul atau salahnya dengan cara yang terbebas dari nilai dan pendapat manusia. Tanpa hipotesis tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti yang sepenuh-penuhnya. Bentuk-bentuk hipotesis Bentuk-bentuk hipotesisi penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat ekspslanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan).pleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga, yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan. Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif, hipotesis komparatif adalah jawaban sementara terhadap masalah komparatif, dan hipotesisi asosiatif adalah jawaban sementara terhadap masalah asosiatif/hubungan. Hipotesis deskriptif Hipotesisi deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh: Rumusan masalah deskriptif Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK? Seberapa semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi negeri? Hipotesis Deskriptif Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam/hari (Ho). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada populasi. (angka 6 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara) Hipotesis alternatifnya adalah: daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 600 jam. Hipotesis deskriptif Ho : µ = 6 jam/hari Ha : µ ≠ 6 jam/hari µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada masalah ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh: Rumusan Masalah Komparatif Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan pergutuan tinggi Y? Hipotesisi komparatif Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut: Hipotesis Nol: Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X dengan perguruan tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar antara mahasiswa Perguruan Tinggi X dan Y, atau Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling sedikit). Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤) pergutuan tinggi Y (“lebih kecil atau sma dengan” = paling besar). Hipotesis Alternatif Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar (atau lebih kecil) dari perguruan tinggi Y. Ha : prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil daripada (<) perguruan tinggi Y Ha : prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih besar daripada (>) perguruan tinggi Y. Hipotesis statistik dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho : µ_1 = µ_2 Ha : µ_1 ≠ µ_2 Ho : µ_1 ≥ µ_2 Ha : µ_1 < µ_2 Ho : µ_1 ≤ µ_2 Ha : µ_1 > µ_2 Hipotesis Asosiatif Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Rumusan masalah asosiatif Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah. Hipotesis penelitian Terdapat yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim sekolah. Hipotesis statistik Ho : ρ = 0, ------ 0 berarti tidak ada hubungan. Ha : ρ ≠ 0, ------ 0 “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan. ρ = nilai kolerasi dalam formulasi yang dihipotesiskan. Paradigma Penelitian, Rumusan masalah dan hipotesis Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut ini contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Judul penelitian Hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi belajar murid. (gayaa kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan prestasi kerja adalah variabel dependen Y. Paradigma Penelitian, adalah: Rumusan Masalah Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Seolah yang ditampilkan? (bagaimana X?) Seberapa baik prestasi belajar siswa? (bagaimana Y) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (adakah hubungan antara X dan Y?). butuir ini merupakan rumusan masalah asosiatif. Bila sampel penelitiannya golongan guru golongan III dan IV, maka rumusan masalah komparatifnya adalah: Adakah perbedaan persepsi antara guru golongan III, dan IV tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah? Adakah perbedaan persepsi antara guru Gol III, dan IV, tentang prestasi belajar murid. Rumusan Hipotesis Penelitian Gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X) ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan. Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid, artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah, maka akan semakin baik prestasi belajar murid. Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara gol I, II, dan III. Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi kerja antara guru Gol III dan IV. Karakteristik Hipotesis yang Baik Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan) Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode ilmiah. Daftar Pertanyaan : Dalam penelitian kan harus ada dasar teori yang kuat, apakah bisa dikatakan suatu penelitian apabila tidak punya dasar teori yang kuat? Bagaimana jika seorang peneliti mengambil teori dari luar negeri tetapi tidak cocok diterapkan di dalam negeri? Kapan seorang peneliti menggunakan hipotesis deskriptif, komparatif, atau asosiatif? Mengapa penelitian yang bersifat deskriptif dan eksploratif sering tidak merumuskan hipotesis? Mengapa di setiap penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif perlu dirumuskan hipotesis? Kapan peneliti menggunakan hipotesis penelitian dan hipotesis statistik? Bagaimana cara peneliti agar mendapatkan suatu hipotesis? Bagaimana jika suatu teori mempunyai fungsi menjelaskan dan meramalkan tetapi tidak mempunyai fungsi pengendalian? Apakah masih bisa disebut suatu teori? ppt klik disini

unduh disini ppt 2 unduh disini emma amalia unduh ppt 3 disini media pembelajaran komputer download disisni peran dan manfaat TIK download disini ppt tik klik disini hubungan tik dan komputer klik disini unduh ppt disini unduh ppt 2 disini

Riwayat Pendidikan Ku

Akademik Universitas : Universitas Negeri Semarang Jurusan/Fak : Bimbingan Dan Konseling/ILMU PENDIDIKAN (F I P) Program Studi : Bimbingan dan Konseling, S1 Tahun Masuk/Terdaftar: 2012 Program Khusus : Reguler Status Akademik : Belum Reg. Nama Dosen Wali : Mungin Eddy Wibowo(40182) Riwayat Pendidikan Sekolah Dasar : SDN 1 API API, Status: Negeri, Lulus tahun: 2006 S M P : SMPN 1 WONOKERTO, Status: Negeri Lulus tahun: 2009 S M A : SMAN 1 Wiradesa, Status: Persamaan Lulus tahun: 2012

Rabu, 08 Januari 2014

sheila on 7

Sheila on 7 Sheila on 7 adalah salah satu grup musik populer Indonesia yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta. Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda, Duta (vokal) berasal dari SMA 4, Adam (bass) dari SMA 6, Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I, Sakti (gitar) dari SMA De Britto, dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N' Roses, dll. Pada waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas. Diskografi Sampai saat ini juga, mereka masih sulit untuk menyebut warna musik apa yang sebenarnya dimainkan. Tetapi satu hal yang jelas adalah bahwa mereka berkeyakinan untuk memainkan “Sheila music”, dimana ide-ide atau kreasi dalam bermusik dimunculkan secara spontan dan menampilkan lirik-lirik yang gampang dicerna serta konsep musik yang sederhana. Pada awal berdirinya grup ini bernama "Sheila". Tidak lama kemudian, mereka menambahkan kata "Gank", hingga jadilah "Sheila Gank". Namun karena masalah 'sense', akhirnya nama mereka berganti menjadi "Sheila on 7", "on 7" berarti solmisasi alias 7 tangga nada (do re mi fa sol la si). Sejak awal grup ini mencoba untuk tampil secara profesional. Dimulai dengan keterlibatan mereka dalam beberapa pentas musik, festival maupun pertunjukan komersil di DIY dan Jawa Tengah, baik di lingkup sekolah, kampus, serta panggung umum. Satu hal yang cukup meyakinkan dan membanggakan adalah keikutsertaan mereka dalam program indie label “Ajang Musikal” (Ajang Musisi Lokal) di tahun 1997 milik Radio Geronimo 105.8 FM & G-Indie Production di Yogyakarta, dimana program ini adalah program sindikasi radio yang disiarkan oleh hampir 90 radio swasta di tanah air. Ajang Musikal adalah program radio yang menyiarkan lagu-lagu karya sendiri dari band-band lokal yang belum pernah rekaman komersial. Dalam program ini mereka mendapat respons yang sangat positif, dimana request dari para pendengar untuk lagu karya mereka sendiri yaitu 'Kita', menempatkan mereka selama 3 bulan berturut-turut di tangga lagu Ajang Musikal G-Indie 10 pada bulan Maret, April, dan Mei 1997. Menunjuk pada hal tersebut, "Sheila on 7" mampu untuk merefleksikan dirinya dan menjadikannya sebagai tolak ukur untuk ke jenjang yang lebih atas lagi yakni rekaman komersial. Dengan penuh keyakinan pula, Sheila on 7 memberanikan diri untuk menawarkan demotape serta proposal ke label Sony Music Indonesia, dan akhirnya kesempatan pun datang dengan dikontraknya Sheila on 7 untuk 8 album dengan sistem royalti. Sheila on 7 Sheila on 7.jpg Asal Yogyakarta, Indonesia Tahun aktif 1996 - sekarang Aliran Pop Label Sony Music (Indonesia) Personil Akhdiyat Duta Modjo Brian Kresna Putro Eross Candra Adam Muhammad Subarkah Mantan personil Anton Widi Astanto Saktia Ari Seno Situs web http://www.sheilaon7.com Studio Album Cover Album Tahun Album Single So7.jpg 1999 Sheila on 7 Kita Dan Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki J.A.P Perhatikan Rani! Tertatih Pede Terlintas 2 Kata Berai Bobrok Kisah Klasik Untuk Masa Depan.jpg 2000 Kisah Klasik Untuk Masa Depan Sahabat Sejati Bila Kau Tak Disampingku Sephia Just For My Mom Temani Aku Sebuah Kisah Klasik Pagi Yang Menakjubkan Lihat, Dengar, Rasakan Tunggu Aku Di Jakarta Karena Aku Setia Tunjuk Satu Bintang Selamat Tidur 07 Des.jpg 2002 07 Des Tunjukkan Padaku Hingga Ujung Waktu Seberapa Pantas Seandainya Buat Aku Tersenyum Saat Aku Lanjut Usia Mari Bercinta Trimakasih Bijaksana Takkan Pernah Menyesal Tentang Hidup Bapak-Bapak Percayakan Padaku Pria Kesepian Waktu Yang Tepat Untuk Berpisah Ost 30HMC.jpg 2003 Ost. 30 Hari Mencari Cinta 1. Melompat Lebih Tinggi 2. Berhenti Berharap 3. Kita 4. Berai 5. Mari Bercinta 6. Untuk Perempuan 7. Tunjuk Satu Bintang 8. J.A.P 9. Sebuah Kisah Klasik 10. Menyelamatkanmu Pejantan Tangguh.jpg 2004 Pejantan Tangguh Pejantan Tangguh Itu Aku Pemuja Rahasia Pilih Aku Brilliant Tanyaku Generasi Patah Hati Coba Kau Mendekat Ketidakwarasan Pendosa Jangan Beri Tahu Niah Khaylila So7 album.jpg 2006 507 Mantan Kekasih Radio Ingin Pulang Kau Kini Ada Pemenang Bingkisan Tuhan Terlalu Singkat Terjamah Yang Lain Cahaya Terang Last Pretence Menentukan Arah.jpg 2008 Menentukan Arah Released date 2008 Label: SonyBMG Formats: CD, Cassette, RBT Arah Yang Terlewatkan Mudah Saja Betapa Ibu Linda Jalan Keluar Lia Lia Lia Segalanya Sampai Kapan Alasanku

pengertian komponen dan karakteristik TIK

1. Pengertian Teknologi, informasi dan Komunikasi a. Pengertian Teknologi Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologia, techne yang berarti ‘keahlian’ dan logia yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang sempit, teknologi mengacu pada objek benda yang dipergunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti mesin, perkakas, atau perangkat keras. Dalam pengertian yang lebih luas, teknologi dapat meliputi pengertian sistem, organisasi, juga teknik. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, pengertian teknologi menjadi semakin meluas, sehingga saat ini teknologi merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan jenis penggunaan dan pengetahuan tentang alat dan keahlian, dan bagaimana ia dapat memberi pengaruh pada kemampuan manusia untuk mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada di sekitarnya. Jadi teknologi adalah semacam perpanjangan tangan manusia untuk dapat memanfaatkan alam dan sesuatu yang ada di sekelilingnya secara lebih maksimal. Dengan demikian, secara sederhana teknologi bertujuan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia, Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu definisi. Salah satunya adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mulai sebelum sains dan teknik.,Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan tetapi, penemuan yang sangat lama seperti roda da pat disebut teknologi. b. Pengertian Teknologi informasi dan komunikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagiandari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang teknologi berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi(Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6) Teknologi informasi juga adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis,dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. 2. Komponen Teknologi Informasi dan Komunikasi Komponen dari Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) terdiri dari 3 bagian. Yaitu Hardware, Software, Brainware. a. Hardware Hardware merupakan peralatan fisik ataupun perangkat keras dari sebuah komputer yang dapat kita lihat dan rasakan. Hardware teridiri dari input, proses, dan output 1) Input (masukan) Masukan (input) unit ini berfungsi sebagai media untuk memasukkan data dari luar ke dalam suatu memori dan processor untuk diolah guna menghasilkan informasi yang diperlukan. Macam-macam perangkat input : a) Keyboard Keyboard ditemukan oleh Christopher Latham pada tahun 1868 dan banyak dipasarkan pada tahun 1877 oleh Perusahaan Remington. Keyboard adalah papan ketik yang berfungsi sebagai media interaksi antara user dengan mesin. Merupakan sebuah papan yang terdiri dari tombol-tombol untuk mengetikkan kalimat dan simbol-simbol khusus lainnya pada komputer. Keyboard dalam bahasa Indonesia artinya papan tombol jari atau papan tuts/papan ketik. b) Mouse Mouse ditemukan pertama kali oleh Douglas Engelbert. Penunjuk (pointer) yang dapat digerakkan kemana saja berdasarkan arah gerakan bola kecil yang terdapat dalam mouse. Mouse memiliki sensor untuk mengetahui kemana arah yang dikehendaki oleh pemakainya sensor ini diantaranya adalah melalui bola dan cahaya. Untuk mouse yang memiliki sensor dengan menggunakan bola, jika kita membuka dan mengeluarkan bola kecil yang terdapat di belakang mouse, maka akan terlihat 2 pengendali gerak di dalamnya. Kedua pengendali gerak tersebut dapat bergerak bebas dan mengendalikan pergerakan penunjuk, yang satu searah horisontal (mendatar) dan satu lagi vertikal (atas dan bawah). Pada sebagian besar mouse terdapat tiga tombol, tetapi umumnya hanya dua tombol yang berfungsi, yaitu tombol paling kiri dan yang paling kanan. Namun ada tombol ketiga yaitu tombol scroll tombol ini berguna untuk menaik turunkan jendela windows. c) Joystick Piranti masukan berupa tongkat, yang menangkap gerakan-gerakan dinamis, dan mengubah gerakan tersebut menjadi data untuk diolah oleh komputer. Joystick disebut juga penggerak penunjuk. Joystick biasanya digunakan sebagai alat permainan (game). d) Track Ball Merupakan perangkat yang sejenis dengan mouse atau stylus. Alat ini mirip mouse yang dibalik dan digunakan dengan menggelindingkan bolanya. e) Digitizer Piranti masukan yang menggunakan media magentis, alat ini sangat tepat dan memudahkan dalam pemindahan gambar, misalnya peta, dari gambar kertas ke layar komputer. f) Voice recognition Pengenal suara. Kemampuan mengenal secara spesifik suara individual, mirip dengan pengenalan sidik jari. Teknologi ini memiliki kemampuan untuk menafsirkan kata-kata yang diucapkan oleh manusia. Dalam pengaplikasiannya dengan menggunakan teknologi ini, anda dapat memberi perintah kepada komputer secara lisan. Misalnya dengannya anda dapat menulis surat tanpa perlu mengetiknya. Untuk itu anda harus menggunakan mikrofon. g) Kamera Kamera yang mampu merekam gambar diam atau bergerak kepada bit-bit data ke dalam file komputer. Kamera merupakan suatu program untuk mengambil gambar . h) Scanner Scanner banyak digunakan untuk memindai gambar, tulisan, atau objek benda kedalam format elektronik sehingga dapat diolah komputer. Scanner akan mengukur cahaya untuk memperoleh image. Umumnya kualitas scanner dilihat pada kualitas gambar yang dihasilkannya. i) Mic (microphone) Mic digunakan untuk memasukkan input berupa suara. Penggunaan mic memerlukan perangkat keras tambahan untuk menerima input suara tersebut yaitu sound card dan speaker untuk mendengarkan hasil rekaman suara. 2) Prosesing Tahap ini merupakan tahap pengolahan yang dilakukan oleh komputer terhadap data-data yang telah dimasukkan dalam operasi input. Tahap ini juga merupakan pusat dari segala aktivitas komputer. CPU atau processor adalah media yang menjadi tempat berlangsungnya proses ini. CPU juga biasa dianggap sebagai otak dari komputer. Karena segala aktivitas komputer berinti di sini. a) CPU CPU, singkatan dari Central Processing Unit adalah perangkat keras komputer yang berfungsi untuk menerima dan melaksanakan perintah dan data dari perangkat lunak. b) Motherboard Pusat pengendali yang mengatur kerja dari semua komponen yang terpasang padanya. Mengatur pemberian daya listrik pada setiap komponen PC. Lalu lintas data semuanya diatur oleh motherboard, mulai dari peranti peyimpanan (harddisk, CD-ROM), peranti masukan data (keyboard, mouse, scanner), atau printer untuk mencetak. c) Processor Processor sering disebut sebagai otak dan pusat pengendali komputer yang didukung oleh kompunen lainnya. Processor adalah sebuah IC yang mengontrol keseluruhan jalannya sebuah sistem komputer dan digunakan sebagai pusat atau otak dari komputer yang berfungsi untuk melakukan perhitungan dan menjalankan tugas. d) RAM (Random Access Memory) Memori penyimpanan sementara yang bersifat acak, biasanya disebut juga dengan memory kerja. Pada memory ini karena disimpan sementara (volatile), maka apabila komputer tidak mendapatkan daya (off), maka data yang disimpan pada memori ini akan hilang. e) ROM (Read Only Memory) ROM dapat dibaca tapi tidak dapat diperbaharui. Biasanya ROM dipakai untuk menyebutkan bagian-bagian elektronik tertentu dalam suatu komputer. Disk non alterable seperti CD-ROM merupakan suatu jenis penyimpanan yang hanya bisa dibaca. Read Only Memory bersifat non-volatile dan tidak hilang meskipun power dimatikan. f) VGA (Video Graphics Accelerator) Card Untuk mengolah data graphis dan ditampilkan di layar monitor, VGA juga memiliki processor yang dinamakan GPU (Graphics Processing Unit) dan membutuhkan memory juga. g) LAN (Local Area Network) Card Kartu yang dipasang pada mainboard sebagai alat penghubung komputer dalam suatu jaringan/network. Pengertian Ethernet merupakan jenis skenario perkabelan dan pemrosesan sinyal untuk data jaringan. h) CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) Suatu memory yang khusus yang berisi data vital mengenai konfigurasi komputer dan bersifat semi permanen. CMOS memerlukan daya yang sangat kecil untuk mempertahankan kontennya, dan chip ini memanfaatkan baterai sebagai sumber daya listriknya. i) Harddisk Harddisk merupakan ruang simpan utama dalam sebuah komputer. Di situlah seluruh sistem operasi dan mekanisme kerja kantor dijalankan, setiap data dan informasi disimpan. j) Floppy Disk Perangkat penyimpanan data yang terdiri dari sebuah medium penyimpanan magnetis bulat yang tipis dan lentur, dilapisi lapisan persegi yang berbentuk persegi atau persegi panjang. k) CD ROM Digunakan untuk membaca compact disk dalam bentuk audio atau CD-ROM. CD-ROM keluaran terbaru dapat membaca CD-R (CD yang dapat ditulis) dan juga CD-RW (CD yang dapat ditulis berulang-ulang). l) DVD ROM Perangkat komputer yang berfungsi sebagai pembaca data pada DVD. Perangkat ini memiliki bentuk fisik sama persis seperti CD ROM Drive, akan tetapi memiliki fungsi yang berbeda. m) Power Supply Sebuah perangkat yang ada di dalam CPU yang berfungsi untuk menyalurkan arus listrik ke berbagai peralatan komputer. 3) Output (keluaran) Perangkat output adalah perangkat yang mengeluarkan data, program, atau yang lain sebagainya. Contoh-contohnya yaitu : a) Monitor Monitor/Screen Monitor merupakan sarana untuk menampilkan apa yang kita ketikkan pada papan keyboard setelah diolah oleh processor. Monitor disebut juga dengan Visual Display Unit (VDU) Media output untuk menampilkan/memperlihatkan informasi sehingga dapat dibaca dan diketahui oleh manusia. b) LCD Proyektor LCD proyektor berfungsi untuk menampilkan gambar hasil dari pemprosesan data. Hanya saja LCD membutuhkan perangkat lain yang dapat menerima data & program tersebut. mediumnya lebih baik berwarna putih dan berbidang datar. c) Printer Alat pencetak. Istilah ini umum digunakan untuk pencetak karakter atau gambar ke suatu media (seperti kertas). Printer mempunyai satuan kecepatan yaitu CPS (character per second), LPM (line per minute), atau PPM (pages per minute).. d) Speaker Pengeras suara, penghasil suara, untuk mendengar suara. b. Software Pengertian Software komputer adalah sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat berupa program atau instruksi yang akan menjalankan suatu perintah. Melalui sofware atau perangkat lunak inilah suatu komputer dapat menjalankan suatu perintah 1) Jenis-jenis Software atau Perangkat Lunak Software atau perangkat lunak komputer berdasarkan distribusinya dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu software berbayar, software gratis atau free (Freeware, free software, shareware, adware) . a) Software berbayar Software berbayar merupakan perangkat lunak yang didistribusikan untuk tujuan komersil, setiap pengguna yang ingin menggunakan atau mendapatkan software tersebut dengan cara membeli atau membayar pada pihak yang mendistribusikannya. pengguna yang menggunakan software berbayar umumnya tidak diijinkan untuk menyebarluaskan software tersebut secara bebas tanpa ijin ada penerbitnya. contoh software berbayar ini misalnya adalah sistem microsoft windows, microsoft office, adobe photoshop, dan lain-lain. b) Freeware Freeware atau perangkat lunak gratis adalah perangkat lunak komputer berhak cipta yang gratis digunakan tanpa batasan waktu, berbeda dari shareware yang mewajibkan penggunanya membayar (misalnya setelah jangka waktu percobaan tertentu atau untuk memperoleh fungsi tambahan). Para pengembang perangkat gratis seringkali membuat perangkat gratis freeware “untuk disumbangkan kepada komunitas”, namun juga tetap ingin mempertahankan hak mereka sebagai pengembang dan memiliki kontrol terhadap pengembangan selanjutnya. Freeware juga didefinisikan sebagai program apapun yang didistribusikan gratis, tanpa biaya tambahan. Sebuah contoh utama adalah suite browser dan mail client dan Mozilla News, juga didistribusikan di bawah GPL (Free Software). c) Free Software Free Software lebih mengarah kepada bebas penggunaan tetapi tidak harus gratis. Pada kenyataannya, namanya adalah karena bebas untuk mencoba perangkat lunak sumber terbuka (Open Source) dan di sanalah letak inti dari kebebasan : program-program di bawah GPL, sekali diperoleh dapat digunakan, disalin, dimodifikasi dan didistribusikan secara bebas. Jadi free software tidak mengarah kepada gratis pembelian tetapi penggunaan dan distribusi. Begitu keluar dari lisensi kita dapat menemukan berbagai cara untuk mendistribusikan perangkat lunak, termasuk freeware, shareware atau Adware. Klasifikasi ini mempengaruhi cara di mana program dipasarkan, dan independen dari lisensi perangkat lunak mana mereka berasal. Perbedaan yang nyata antara Free Software dan Freeware. Konflik muncul dalam arti kata free dalam bahasa Inggris, yang berarti keduanya bebas dan gratis. Oleh karena itu, dan seperti yang disebutkan sebelumnya, Free Software tidak perlu bebas, sama seperti Freeware tidak harus gratis. d) Shareware Shareware juga bebas tetapi lebih dibatasi untuk waktu tertentu. Shareware adalah program terbatas didistribusikan baik sebagai demonstrasi atau versi evaluasi dengan fitur atau fungsi yang terbatas atau dengan menggunakan batas waktu yang ditetapkan (misalnya 30 hari). c. Brainware Brainware Komputer adalah setiap orang yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan komputer atau sistem pengolahan data. Brainware juga dapat diartikan sebagai perangkat intelektual yang mengoperasikan dan mengeksplorasi kemampuan dari hardware komputer maupun software komputer. Tanpa adanya brainware ini mustahil hardware dan software yang canggih sekalipun dapat dimanfaatkan secara maksimal. Berdasarkan tingkat pemanfaatannya, brainware komputer dibagi dalam 4 tingkatan : 1) System Analyst System Analyst adalah seseorang yang bertanggung jawab atas penelitian, perencanaan, pengkoordinasian, dan merekomendasikan pemilihan perangkat lunak dan sistem yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi bisnis atau perusahaan. System Analyst juga memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengembangan sistem. Seorang system analyst harus memiliki setidaknya empat keahlian : analisis, teknis, manajerial, dan interpersonal (berkomunikasi dengan orang lain). Kemampuan analisis memungkinkan seorang system analyst untuk memahami perilaku organisasi beserta fungsi-fungsinya, pemahaman tersebut akan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan terbaik serta menganalisis penyelesaian permasalahan. Keahlian teknis akan membantu seorang system analyst untuk memahami potensi dan keterbatasan dari teknologi informasi. Dan seorang system analyst harus mampu untuk bekerja dengan berbagai jenis bahasa pemrograman, sistem operasi, serta perangkat keras yang digunakan. Keahlian manajerial akan membantu seorang system analyst untuk mengelola proyek, sumber daya, risiko, dan perubahan. Keahlian interpersonal akan membantu system analyst dalam berinteraksi dengan pengguna akhir sebagaimana halnya dengan programer, administrator dan profesi sistem lainnya. 2) Programmer Programmer adalah seseorang yang mempunyai kemampuan menguasai salah satu atau banyak bahasa pemrograman seperti bahasa C, Pascal, Java, dll. Programmer juga bisa dikatakan sebagai pembuat dan petugas yang mempersiapkan program yang dibutuhkan pada sistem komputerisasi yang akan dirancang. 3) Administrator Administrator adalah seseorang yang bertugas mengelola suatu sistem operasi dan program-program yang berjalan pada sebuah sistem komputer atau jaringan komputer. 4) Operator Operator adalah pengguna biasa yang hanya memanfaatkan sistem komputer yang sudah ada atau istilahnya dia hanya menggunakan apilkasi-aplikasi tertentu. 3. Karakteristik Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Karakteristik mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK adalah sebagai berikut : a. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan kajian secara terpadu tentang data, informasi, pengolahan dan metode penyampainnya. Keterpaduan berarti masing-masing komponen saling terkait bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah atau parsial. b. Materi Teknologi Informasi dan komunikasi berupa tema-tema esensial, aktual dan global yang berkembang dalam kemajuan teknologi masa kini, sehingga mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan pelajaran yang dapat mewarnai perkembangan perilaku dalam kehidupan. c. Tema-tema esensial dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu komputer, matematik, teknik elektro, teknik elektronika, telekomunikasi, sibernetika dan informatika itu sendiri. Tema-tema esensial tersebut berkaitan dengan kebutuhan pokok akan informasi sebagai ciri abad 21 seperti pengolah kata, spreadsheet, presentasi, basis data, internet dan e-mail. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan asfek kehidupan sehari-hari. unduh ppt disini unduh ppt 2 disini