Rabu, 08 Januari 2014

keterampilan dasar konseling

keterampilan dasar konseling ATTENDING (perhatian) Keterampilan atau teknik yang di gunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien, agar klien merasa di hargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan / mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan, ataupun tingkah laku. 1.Untuk meningkatkan harga diri klien. 2.Memberikan suasana aman dan memberikan keyakinan klien untuk dapat mengungkapkan tentang dirinya secara terbuka Posisi badan ( termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka): Posisi badan yang baik, mencakup:  Duduk dengan badan menghadap klien  Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas  Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala  Badan tegak lurus tanpa kaku dan sekali – kali condong kearah klien Posisi badan yang tidak baik mencakup:  Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap klien.  Duduk dengan sangat kaku.  Gelisah atau tidak tenang (resah)  Mempergunakan tangan, kertas, dan kuku tangan.  Sama sekali tanpa gerak isyarat.  Selalu memukul – mukul dan menggerakkan tangan dan lengan.  Wajah tidak menunjukkan perasaan.  Terlalu banyak tersenyum, Kontak Mata Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya. Kota mata yang jelek mencakup:  Tidak pernah melihat klien.  Menatap klien untuk secara konstan dan tidak memberi kesempatan klien untuk membalas tatapan.  Mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah klien melihat kepada konselor. Mendengarkan Cara mendengarkan yang baik mencakup:  Memelihara perhatian penuh dengan terpusat kepada klien.  Mendengarkan segala sesuatu yang dikatakan klien.  Mendengarkan keseluruhan pribadi klien ( kata – katanya, perasaan dan perilakunya) dan memahami seluruh pesannya.  Mengarahkan apa yang konselor katakan terhadap apa yng telah dikatakan oleh klien. Cara mendengarkan yang jelek mencakup:  Memungkinkan konselor sendiri diganggu oleh keributan lain, pandangan diluar pandangan klien.  Mengajukan pertimbangan – pertimbangan tentang pribadi klien sebelum mendengarkan semua pesan klien.  Merumuskan suatu respon terhadap klien sebelum klien mengakhiri pesannya. Melompat – lompat dari topik yang satu ke topik yang lain. konseli : assalamualaikum, siang bu! Konselor : waalaukumsalam, siang mb aris, silahkan duduk (sambil berjabat tangan dan mempersilahkan duduk) Konseli : maaf bu pagi-pagi mengganggu. Konselor : oh, tidak apa-apa bgaimana kabar kuliahnya mb?(dengan tersenyum dan memulai pembicaraan) OPENING (pembukaan) Keterampilan atau teknik untuk membuka/ memulai komunikasi/ hubungan konseling. 1. Membina hubungan baik antara klien dan konselor 2. Memperoleh kepercayaan dari klien 3. Memberikan penghargaan kepada klien. 4. Klien dapat bebas dan nyaman serta terbuka mengungkapakan masalah Penyambutan Non Verbal a) menghentikan aktivitas, b) membuka pintu atau menjemput, c) jabat tangan atau senyum d) isyarat menyilahkan masuk, e) menutup pintu, f) mendampingi konseling masuk, g) memegang tangan atau memegang pundak (bila diperlukan dan tidak riskan atau ada hambatan nilai), h) isyarat mempersilahkan duduk,dan memilih tempat duduk Verbal a) memberi salam atau menjawab salam, b) menyambut nama, c) pujian atas kedatangan konseli, d) menanyakan kabar, e) menyilahkan memilih tempat duduk, Inisiasi Pembicaraan  Topic netral,ex: hobi, peristiwa hangat, kondisi cuaca, potensi asal lingkungan konseli  Kegiatan dalam kaitan dengan kelonggaran kehadiran Transisi Pembicaraan  Menggunakan kalimat “ jembatan’’, ex : “ setelah kita membicarakan ......(isi topik netral),” Mengembangkan sebagian isi topik netral konseli : assalamualaikum, siang bu! Konselor : waalaukumsalam, siang mb aris, silahkan duduk (sambil berjabat tangan dan mempersilahkan duduk) konseli : maaf bu siang-siang mengganggu. Konselor : oh, tidak apa-apa bgaimana kabar kuliahnya mb?(dengan tersenyum dan memulai pembicaraan) Konseli : alhamdulillah baik-baik saja bu, Konselor: kegiatan apa saja yang sedang mb aris lakukan sekarang? ACCEPTANCE (pengertian) Teknik yang di gunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang di kemukakan klien. - Menunjukkan kedekatan dari pada sikap dan menunjukkan tingkat keterbukaan dan ketulusan hati konselor - Agar klien merasa di terima Verbal Bentuk pendek  Oh.....ya,  Lalu/kemudian,  Ya....ya....  Hemm.....hemm.... Bentuk Panjang  Saya memahami.....  Saya menghayati....  Saya dapat merasakan.....  Saya dapat mengerti... Non Verbal  Anggukan kepala,  Posisi duduk condong kedepan  Perubahan mimik,  Memelihara kontak mata Konseli : Bu, saya bingung dengan permintaan kedua orang tua saya, mereka menyuruh saya masuk kedokteran tapi saya tidak mau. Konselor: iya...(sambil mengangguk-anggukkan kepala) saya dapat mengerti perasaan mb vika. Konselor : Restatement (pengulangan) Teknik yang di gunakan oleh konselor untuk mengulang/menyatakan kembaliperntaan klien yang di anggap penting. 1. Untuk mengecek persepsi konselor itu sendiri 2. Untuk meyakinkan bahwa konselor mengerti dengan apa yang di gambarkan konseli 3. Untuk merealisasikan komentar konseli dengan mengulang apa yang konseli katakan dalam cara-cara yang lebih tepat. 4. Menemukan ainti dari masalah. a. Pengulangan harus persis dengan pernyataan klien, tidak boleh menambah atau mengurangi, b. Intonasi yang digunakan konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan pernyataan klien, dengan kata lain bentuk pengulangan dinyatakan dengan intonasi yang berbeda dan dalam bentuk pertanyaan. Konseli : sebenarnya saya ingin melanjutkan kuliah di luar kota bu, tetapi ibu tidak setuju dengan apa yang saya inginkan Konselor: “ibu tidak setuju, kamu kuliah di luar kota.” Parafrase (menyatakan kembali esensi pernyatan klien) Kata- kata konselor untuk menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan klien. • Menyatakan pada konseli bahwa konselor memahami pembicaraan. • Mendorong konseli memusatkan pembicaraan pada situasi, kejadian, ide atau tingkah laku tertentu. • Membantu konseli yang membutuhkan kesimpulan. • Memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor. • Untuk lebih menekankan isi pesan dibandingkan afeksi. Memantulkan perasaan konseli • Dengarkan pesan utama klien. • Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan singkat. • Amati pertanda atau meminta respon dari klien tentang kecermatan paraprase. Modalita: 1) Nampaknya yang anda katakan... 2) Jadi anda berpikiran bahwa.. 3) Menurut anda... 4) Anda mengatakan bahwa.. 5) Benarkah demikian??? Konseli : bu kemarin saya sudah di terima di salah satu perguruan tinggi di luar kota, namun ibu saya tidak mengizinkan saya untuk mengambil kesempatan tersebut, sebenarnya ibu tidak tega untuk membiarkan saya jauh disana. Konselor : apakah anda merasakaan bahwa sebenarnya ibu sangat menghawatirkan Anda. Reflection of feeling Teknik yang di gunakan konselor untuk memantulkan perasaan/sikap yang terkandung di balik pernyataan klien. 1. Konselor memperoleh kejelasan tentang perasaan konseli atas suatu peristiwa atau pengalamannya. 2. Konseli merasa di mengerti perasaan. 3. Mengarahkan pembicaraan yang lebih dalam terkait dengan perasaan konseli. 1. Hindari stereotip 2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien 3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan/ sikap klien secara tepat. Konseli : ”bu, saya sudah berusaha mendaftar di semua perguruan negeri yang ada di semarang, namun hasilnya saya tidak di terima di perguruan tinggi tersebut” Konselor : “sepertinya anda merasa kecewa dengan hasil pengumuman pendaftaran tersebut.” Strukturing (pembatasan) Teknik yang di gunakan konselor untuk memberikan batas-batas/ pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. 1. Konseli memperoleh orientasi yang tepat terkait dengan proses konseling yang di jalani 2. Memperoleh kesamaan persepsi dan harapan yang realistikdalam proses konseling 3. Memperoleh kepastian bersama apakah konseli mau melanjutkan/ menghentikan proses konseling. 4. Membangun suatu kesepakatan mengenai pola interaksi tindakan, perbuatan, waktu, pencapaian, jaminan dan konsekuensi pernyataan. a. Time limit - Kita punya waktu kira-kira …, maukah anda menceritakan mengapa anda datang kesini? b. Role Limit - anda meminta nasihat dari saya? Perlu anda ketahui bahwa saya tidak dapat memberikan nasihat bagaimana yang anda minta, tetapi marilah kita bicarakan bersama masalah anda itu kemudian kita cari jalan keluarnya c. Problem Limit - Dalam masalah yang anda kemukakan tadi setidaknya ada tiga masalah yaitu …. Nah dari ketiga masalah tersebut mana yang mendesak untuk kita bicarakan terlebih dahulu?” d. Action Limit “tenang-tenang…anda boleh mengutarakan apa saja disini, tetapi satu hal yang tidak boleh anda lakukan disini yaitu….”. 1. Time limit(pembatasan waktu) a. Time limit dari klien Klien : “pak, sebetulnya sudah lama saya ingi bertenu dengan bapak, tetapi baru kali ini saya dapat bertemu dengan bapak namun saya hanya punya waktu 30 menit untuk berbicara dengan bapak, karena saya ada pembkalan ppl di laboratorium.” K’or : “kalau demikian, marilah kita manfaatkan waktu yang singkat ini dengan sebaik-baiknya.” b. Time limit dari konselor Klien : “saya bingung untuk menentukan pilihan saya bu apakah mau mengambil jurusan ipa/ips, karena itu saya kesini untuk membicarakan dengan ibu” K’or : “bagus, anda datang kesini untuk membicarakan masalah anda dengan saya namun perlu anda ketahui bahwa jam 11 nanti saya ada rapat kenaikan kelas dan kita hanya memiliki waktu 30 menit. Oleh karena itu mari kita gunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya”. 2. Role limit Klien : “saya bingung dengan sahabat saya, karena akhir-akhir ini dia sering marah-marah terhadap saya, kaena itu saya menemui ibu untuk meminta nasihat bagaimana saya harus berlaku kepadanya.” K’or : “anda meminta nasihat dari saya?”, perlu anda ketahui bahwa saya tidak bisa memberikan nasihat seperti yang anda minta, tetapi marilah kita bicarakan masalah anda ini kemudian kita cari jalan keluarnya. 3. Problem limit (pembatasan masalah) Klien : “pak saya sulit sekali berkonsentrasi dalam belajar sehingga nilai ujian saya jelek. Di samping itu juga dirumah kedua orang tua saya saling bertengkar. Dan satu lagi pak bagaimana caranya agar saya dapat masuk perguruan tinggi negeri?” K’or : “ dalam masalah yang anda kemukakan tadi setidak nya ada 3 masalah yaitu masalah berkonsentrasi belajar, orang tua yang sering bertengkar dan cara masuk perguruan tinggi negeri. Nah dari ketiga masalah tersebut manakah yang menurut anda paling mendesak untuk di bicarakan terlebih dahulu?” 4. Action limit (pembatasan tindakan) Klien : “(datang keruang konseling dengan marah-marah, wajah memerah dan sambil menggubrak pintu) Ko’or : tenang-tenang.. anda bisa mengutarakan apa saja disini namun satu hal yang tidak boleh anda lakukan disini yaitu menggubrak-gubrak pintu ruangan.” Lead (pengarahan) Teknik/ keterampilan yang di gunakan konselor untuk mengarahkan pembicaraan klien dari satu hal ke hal yang lain secara langsung. 1. Mendorong klien untuk merespon pembicaran terutama pada awal-awal pertemuan. 2. Tergugahnya konseli memulai diskusi isu penting 3. Terhindarnya konseli dari pembeberan detai yang kurang relevan. 4. Di temukannya gagasanpembicaraan tertentu oleh klien 5. Terfokusnya pembicaraan menurut proses dan alur konseling Lead Umum: 1. Bagaimanakah? 2. Coba Anda ceritakan..? 3. Kalau saya boleh tau..? 4. Coba anda jelaskan..? 5. Coba Anda ungkapkan..? 6. Coba sampaikan kepada saya..? 7. Menurut anda..? Lead Khusus: 1. Apa.? 2. Apakah.? 3. Siapa.? 4. Dimana.? Sebaiknya konselor tidak menggunakan kalimat tanya “mengapa” Lead Umum: Konseli : “ bu, kemarin saya baru saja mengikuti audisi akademi fantasi indosiar” Ko’or : “coba ceritakan kepada ibi bagaimana suasana yang terjadi saat kamu mengikuti audisi tersebut.” Lead Khusus: Konseli : “ pak, saya kesal dengan temen-temen anggota band saya, karena kalau di ajakin latihan pasti selalu ada alasan yang merka lontarkan”. Konselor: “Kalau boleh saya tahu siapa saja anggota kelompok band kamu itu?”. Silence (diam) Suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara konselor dan klien, dalam proses konseling. 1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk istirahat atau mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau mereorganisasi kalimat yang akan di kemukakan selanjutnya. 2. Mendorong klien atau memotovasi klien mencapai tujuan konseling. Non verbal: • Berupa ekspresi wajah datar sebagai respon dari pernyataan klien. • Diam untuk memberikan kesempatan pada klien untuk istirahat sejenak setelah menumpahkan perasaannya Konseli : Dulu saya selalu merasa hidup saya itu lengkap dan sangat sempurna, semua yang saya inginkan bisa terpenuhi, Namun semenjak pacar saya pergi semua jadi berubah...........(Klien diam) Konselor:.......(diam beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengalami perasaan-perasaanya secara mendalam) Teknik Reassurance ketrampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor untuk memberikan dukungan atau penguatan terhadap pernyataan positif klien agar ia menjadi lebih yakin dan percaya diri. 1. Klien mampu mengantisipasi secara baik. 2. Klien konsekuensi dengan perbuatan dan perubahab pikiran, perasaan dan perilaku. 3. Klien mampu memahami dampak atau efek bagi dirinya. 1. Approval (awalan) • “Bagus” • “Baik” • “Wow” • “Istimewa” • “Amazing” 2. Prediction Reassurance  “Jika.... maka...”  “Apabila.... sehingga...”  “Kalau....atas....  “Andaikata....”  “Itu merupakan rencana yang bagus”  “Saya yakin anda pasti sukses dengan rencana tersebut”  “Anda pasti bisa”  “Anda pasti bisa melakukannya”  “Jika.... tidak mustahil...”  “Apabila... tidak menutup kemungkinan...” 3. Postdiction ❥ “Tuh kan, buktinya anda bisa” ❥ “Anda pasti bisa melakukannya lagi” ❥ “Coba anda lakukan sekali lagi” ❥ “Setelah... hasilnya” ❥ “Atas upaya kamu....nyatanya” ❥ “Atas usahamu... akhirnya...” 4. Factual Reassurance  “Saya dapat memahami perasaan anda”  “Kuatkan diri anda”  “Tabah lah, anda pasti bisa melewati ini”  “Sudah barang tentu...”  “Seperti yang anda alami...”  “Sudah semestinya...” 1. Prediction Reasurance Klien : “ bu, kemarin saya ikut lomba dance tingkat jateng kalah bu, sangat sangat sedih sekali. Mungkin karena latihan kami kurang maksimal. Namun, tahun depan kami akan mencobanya kembali bu, dan kami akan latihan lebih keras lagi ” Konselor :“ Bagus sekali, jika anda dan anggota dance anda lebih giat berlatih. Dan anda mencoba tahun depan ikut lomba lagi, tidak mustahil kalau dance anda akan meraih kemenangan ” 2. Posdiction reassurance ( penguatan postdiksi ) Klien :“ bu, kemarin saya marah-marah sama teman sekamar saya pak, karena dia memindahkan barang saya tanpa izin. Mungkin saya agak kasar dengan teman sekamar saya pak, sehingga kami berdua tidak saling berbicara satu sama lain. Tetapi kemudian tadi pagi saya dan teman sekamar saya mencoba berbicara satu sama lain, dan saling berinstropeksi diri. Dan alkhamdulillah sekarang kami sudah baikan ” Konselor :“ Bagus sekali, setelah atas usaha kamu dengan berusaha mau menjelaskan satu dengan lain dan saling mau berinstropeksi diri, sekarang sudah baikan dengan teman sekamar anda ” 3. Factual reassurance ( penguatan factual ) Konseli :“ Bu, selama 5 tahun ini saya dengan sahabat saya yang bernama rini bersahabatan bu. Bahkan kami sudah seperti keluarga bu. Tetapi dia mengidap penyakit kanker otak bu, dan dia di vonis dokter tidak bisa bertahan lama. Saya sangat sedih dan terpukul sekali bu. Saya tidak tahu harus berbuat apa ” Konselor :“ setiap seorang sahabat sejati, yang tahu sahabatnya sakit parah seperti itu pasti merasa terpukul dan sangat sedih ketika tahu apabila sahabatnya mengidap penyakit yang bisa merenggut nyawanya ” Penolakan (Rejection) Ketrampilan penolakan adalah ketrampilan yang dilakukan oleh konselor untuk melarang konseli secara tersamar ataupun secara langsung berkaitan dengan rencana yang akan membahayakan atau merugikan dirinya maupun orang lain. 1. Menghindarkan konseli dari kemungkinan yang merugikan diri konseli maupun lingkungan. 2. Membuka wawasan konseli atau beberapa alteratif tindakan yang lebih menguntungkan. 3. Mendorong konseli menempuh tindakan lain sebagai pengganti tindakannya yang merugikan. Penolakanlangsung : 1. Jangan ,.. 2. Tidak, itu bukan pilihan yang baik,.. Penolakantidaklangsung : 1. Coba pikirkan,. 2. Coba pertimbangkan, 3. Pikirlah terlebih dahulu,.. 4. Dll(Menyesuaikan kalimat klien) Penolakanlangsung : Konseli : saya sudah capek dengan aturan-aturan yang di buat oleh kedua orang tua saya bu, saya ingin kabur saja dari rumah, agar bebeas dari segala macam aturan-aturan tersebut bu, Konselor : “jangan lakukan itu. Itu bukan solusi yang baik.” Penolakan tidak langsung: Konseli : saya sudah tidak kuat lagi Bu. Dengan perlakuan kakak saya yang selalu ingin menang sendiri tanpa memikirkan saya, seakan saya ingin kabur dari rumah. Konselor : Coba dipikirkan matang – matang sebelum memutuskan hal seperti itu. Nasehat (Advice) Ketrampilan nasehat (advice) adalah ketrampilan yang dimiliki oleh konselor untuk memberikan saran dan nasehat kepada konseli agar konseli dapat lebih jelas dalam bertindak, namun dalam memberi nasehat konselor harus tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian konseli harus tercapai. a. Agar klien lebih jelas dan lebih pasti mengenai apa yang akan dikerjakan. (advice persuasif) b. Agar klien mengetahui fakta mengenai informasi yang sama sekali belum klien ketahui (advice langsung) c. Agar klien mangetahui kelebihan dan kekurangan setiap alternatif pilihan (advice alternatif) Advice langsung 1. Saya pikir,. 2. Wah, kebetulan sekali,... Advice persuasif 1. Seperti yang di jelaskan tadi,... maka baik untuk dilaksanakan 2. Seperti yang di paparkan tadi,.... itu sangat baik Advice alternatif 1. Sertinya anda lebih baik,... 2. Tampaknya anda lebih cocok ,... 3. (Menyesuaikan kalimat klien ) Advice langsung : Konseli: “bu saya ingin masuk ke AKBID namun saya tidak mengerti syarat-syarat yang harus di penuhi untuk masuk akbid tersebut. Apakah Ibu mengetahuinya?” Konselor: “wah, kebetulan sekali, Ibu memiliki data pendaftaran dan informasi mengenai akademi kebidanan tersebut. Mungkin bisa dipelajari terlebih dahulu, bila kurang jelas bisa tanya kepada Ibu.” Advice persuasif : Konseli : “bu, saya merasa bahwa sebaiknya saya akan mencari pekerjaan sampingan saja agar saya dapat menghidupi diri saya sendiri, lagi pula saya tahu kalau pendapatan orang tua saya itu minim sekali untuk menghidupi anggota keluarga lainnya untuk itu setidaknya dengan saya memperoleh pekerjaan itu akan sedikit meringankan beban kedua orang tua saya bu.” Ko’or : “berdasarkan alasan-alsan yang kamu kemukakan tadi yaitu ingimn mencari pekerjaan agar dapat mencukupi kebutuhanmu sendiri dan dapat mengurangi beban kedua orang tuamu maka baik sekali jika rencana mu itu dilakukan.” Advice Alternatif : Konseli: “bu, sebenarnya saya juga ingin bisa seperti temen-teman lainnya yang bebas bermain-main pada saat malam hari, namun orang tua saya melarang saya untuk keluar malam. Saya bingung harus bagaimana bu?.” Ko’or : “baiklah mari kita bicarakan bersama keuntungan dan kerugian apabila anda dapat keluar malam dan tidak boleh keluar malam , sehingga nanti kita menemukan pilihan yang menguntungkan bagi anda.” Konfrontasi (pertentangan) Konfrontasi adalah keterampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor yang menantang konseli karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat dalam pernyataan dan tingkah laku konseli, terjadi inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Teknik konfrontasi mempunyai beberapa tujuan antara lain: 1. Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur. 2. Membantu konseli menjadi lebih baik menyadari kesenjangan atau ketidakselarasan di dalam pemikiran, perasaan dan perilaku. 3. Membuat konseli agar memiliki cara pandang yang baru yang mengarah pada tingkah laku baru. 1. Kata-kata pembuka 2. Tadi anda mengatakan bahwa... sementara... 3. Tadi anda berkata bahwa... tetapi... 4. Semula anda berkata bahwa... belakangan... 5. Awalnya anda mengatakan... akhirnya... 6. Anda katakan bahwa nyatanya hal itu tidak penting bagi anda, tetapi .. 7. Anda katakan anda baik-baik saja, tetapi.... Hal yang perlu di perhatikan: 1. Adanya kesenjangan yang diungkapkan konseli. 2. Konselor telah memahami masalah konseli secara mendalam. 3. Telah terbina keakraban antara konselor dan konseli secara mendalam. 4. Bertujuan meredakan ketegangan yang ada dalam batin konseli. 5. Mendorong konseli mengadakan penelitian secara jujur. 6. Meningkatkan potensi konseli. 7. Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya. 8. Meningkatkan potensi konseli. 9. Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya. 10. Disampaikan dengan bahasa yang lugas; ringkas, tepat, jelas, dan mudah dipahami konseli. 11. Tidak menyalahkan atau menilai, disertai perilaku attending, disampaikan pada waktu yang tepat. 1. Kontradiksi antara isi pernyataan dengan cara ia menyampaikannya. 2. Contoh 1: Konselor: “Apa kabarnya hari ini?” Klien : “Oh (nada datar) saya dalam keadaan baik-baik saja bu…” (suara rendah, posisi tubuh agak gelisah). Konselor: “Anda katakan anda baik-baik saja, tetapi anda kelihatan seperti ada sesuatu yang kurang beres”. Contoh 2: Klien: “Saya kemarin berhasilkan memenangkan lomba menyanyi tingkat provinsi bu, dan saya mendapat hadiah laptop”. Konselor: “ana, anda tadi mengatakan anda senang sekali mendapatkan hadiah itu, tapi muka anda pucat. Apakah ini menandakan kalau anda kurang senang atas pemberian hadiah tersebut?” Contoh 3: Klien: “Saya baru saja kecewa dengan seseorang bu, karena ternyata dia membohongi saya bahwa yang sebenarnya dia sudah punya pacar. Namun saya sudah berusaha melupakan dia”. Konselor: “Santi, di tengah-tengah perkataan tadi bahwa anda berusaha untuk melupakan dia, namun anda juga berlinang air mata. Apakah ini berarti anda kurang bisa melupakan seseorang tersebut?” Inkonsistensi antara dua hal yang merupakan isi ucapan klien. Contoh: Klien: “Bagi saya membicarakan setiap masalah kepada orang lain bukan merupakan hal yang penting bu.” Konselor: “Anda katakan bahwa nyatanya hal itu tidak penting bagi anda, tetapi pada pertemuan yang lalu anda mengatakannya penting”. Inkonsistensi antara apa yang ia inginkan dan apa yang nyatanya sedang ia lakukan Contoh: Klien : “bu, tolong langsung beritahu saya apa yang harus saya lakukan tidak usah terlalu bertele-tele.” Konselor: “Anda katakan bahwa bertele-tele adalah suatu problem bagi anda. Anda ingin langsung ke pokok bahasan. Tetapi saya tidak dapat menolong untuk memberitahukan anda jika anda terus menerus bertele-tele dalam sesi ini disini dari tadi. Clarification Clarification (klarifikasi) adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Esensi: mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan kata yang baru dan segar • Untuk mengungkapkan kembali pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar • Mengungkap isi pesan utama yang disampaikan oleh klien Untuk memperjelas atau mempertegas isis pesannya • pada dasarnya… • pada pokoknya… • pada intinya… • singkat kata… • dengan kata lain… • tegasnya… • pada prinsipnya… • pada hakekatnya… • artinya… • jelaskan.. maksudnya… konseli : Saya pernah meminjamkan baju kepada Ani bu, tetapi tidak dikembalikan sampai sekarang, kemaren ana juga mau meminjam baju kepada saya Bu, tapi saya tidak meminjaminya bu. Sudah tentu dia juga tidak mengembalikan bajunya juga, mereka kan saudara kembar..” konselor : “ Dengan kata lain, Anda menyamakan ani dengan ana ?” Summary (Ringkasan) ketrampilan/teknik yang digunakan konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenai apa yang telah dikemukakan klien pada proses komunikasi konseling. 1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik (feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan. 2. Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap. 3. Untuk meningkatkan kualitas diskusi. Mempertajam atau memperjelas fokus pada wawancara konseling a. Summary Bagian 1. “Untuk sementara ini.........” 2. “Sampai saat ini.........” 3. “Sejauh ini.......” 4. “Selama ini.....” b. Summary Akhir/keseluruhan 1. “Sebagai kesimpulan akhir....” 2. “Sebagai puncak pembicaraan kita.....” 3. “Sebagai penutup pembicaraan kita.....” “Dari awal hingga akhir pembicaraan kita....” a. Summary Bagian Klien : “begini bu, akhir-akhir ini saya sering bertengkar dengan pacar saya karena dia mengira bahwa saya itu selingkuh dengan temannya, hal ini membuat saya tidak tenang bu, membuat saya tertekan dan berakibat saya jadi susah berkonsentrasi dalam belajar sehingga nilai saya turun drastis. Konselor: “Sejauh ini dari pembicaraan kita dapat saya simpulkan bahwa kita telah membahas masalah yang Anda hadapi yaitu masalah soal pacar Anda dan masalah mengenai konsentrasi belajar Anda yang terganggu. Sekarang marilah kita mencari cara-cara yang dapat membantu Anda menyelesaikan masalah tersebut” b. SummaryAkhir/keseluruhan Klien : begini bu, akhir-akhir ini saya sering bertengkar dengan pacar saya karena dia mengira bahwa saya itu selingkuh dengan temannya, hal ini membuat saya tidak tenang bu, membuat saya tertekan dan berakibat saya jadi susah berkonsentrasi dalam belajar sehingga nilai saya turun drastis. Konselor : “Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita tadi Ibu kemukakan bahwa Anda mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar”. Termination (Pengakhira) Ketrampilan/teknik yang digunakan konselor untuk mengakhiri komunikasi berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah berakhir a. Memiliki peta kognitif perjalanan konseling, yaitu apa dan bagaimana tahap-tahap yang telah dilalui dan apa yang merupakan tahap konseling mendatang. b. Mencapai pemahaman antara konselor dan konseli mengenai apa yang telah berhasil dicapai bersama dalam konseling. c. Mengkomunikasikankeperluan penyesuaian konseli terhadap pengambilan tanggung jawabseusai konseling. d. Memelihara persepsi pantas konseli tentang penerimaan dan pemahaman konselor. Respon non verbal: Memandang jam dinding/arloji, menata meja, mengemasi buku. Respon verbal: “Telah banyak yang anda ungkap.....” “Dengan selesainya semua yang ingin anda ungkapkan dalam konseling hari ini, baik anda....” a. Pengakhiran langsung: Dalam bentuk kalimat singkat, cukup tegas, dan menandakan kaidah bahasa pragmatik. b. Pengakhiran tidak langsung: nonverbal, verbal • Respon verbal: biasanya ditumpangkan pada teknik lain, misalnya interpretasi: konselor : “telah banyak yang anda ungkap sehingga membuat anda kelelahan, apakah anda bermaksud mengakhiri dulu pertemuan ini?” konseli : iya bu, cukup pembicaraan hari ini. • Respon verbal dengan teknik perangkuman akhir: “Dengan selesainya semua yang inginan di ungkapkan dalam konseling hari ini, baik anda ingat-ingat dan lakukan apagaris besar yang kita bicarakan tadi”. Konselor : “Baiklah, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Sesuai dengan kesepakatan kita di awal pertemuan tadi bahwa pertemuan kita ini hanya sampai pukul 11.30 WIB, maka marilah kita akhiri pertemuan ini dan dapat kita lanjutkan minggu depan”. untuk lebih ringkasnya download disini

0 komentar :

Posting Komentar

berikan komentar yang pantas

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.