Kamis, 09 Januari 2014

MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bisa digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Macam-macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah: Skala Likert Skala Guttman Rating Scale Semantic Deferential Ke empat jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata yang antara lain: Sangat setuju a. Selalu Setuju b. Sering Ragu-ragu c. Kadang-kadang Tidak setuju c. Tidak pernah Sangat tidak setuju Sangat positif a. Sangat baik Positif b. Baik Negatif c. Tidak baik Sangat negatif d. Sangat tidak baik Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 Setuju/sering/positif diberi skor 4 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Contoh Bentuk Checklis: Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda (v) pada kolom yang tersedia. No. Pertanyaan Jawaban SS ST RG TS STS 1. 2. Sekolah ini akan menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik ........................................................... SS = sangat setuju diberi skor 5 ST = setuju diberi skor 4 RG = Ragu-ragu diberi skor 3 TS = Tidak setuju diberi skor 2 STS = sangat tidak setuju diberi skor 1 Contoh bentuk pilihan ganda Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia. Contoh: Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan anda? Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu/netral Setuju Sangat setuju Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Contoh: Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala sekolah disini? Setuju Tidak setuju Apakah sekolah anda dekat jalan protokol? Ya Tidak Semantic Deferensial Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Contoh: Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan yang negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai. Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap Kepala Sekolah sangat negatif. Rating Scale Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Contoh: Seberapa baik ruang kelas di sekolah ini A? Berilah jawaban dengan angka: 4. bila tata ruang itu sangat baik 3. bila tata ruang itu cukup baik 2. bila tata ruang itu kurang baik 1. bila tata ruang itu sangat tidak baik Selain instrumen seperti yang telah dibicarakan di atas, ada instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nominal dan ordinal. Instrumen untuk menjaring data nominal Contoh: Berapakah jumlah guru di sekolah anda? ..... guru. Berapakah Guru yang dapat berbahasa Inggris? .... guru. Berapa muruid yang anda sukai? .... murid. Instrumen untuk menjaring data ordinal Contoh: Berilah rangking terhadap prestasi belajar sepuluh murid di kelas ini? RANGKING TERHADAP SEPULUH MURID DI SEKOLAH A Nama Murid Rangking Nomor A .... B .... C .... D 1 E .... F ... Misalnya murid bernama D adalah yang paling baik prestasinya, maka murid tersebut diberi rangking 1. INSTRUMEN PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah kalorimeter, variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Instrumen-instrumen dalam penelitian pendidikan memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif prestasi, (n-ach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain. Jumlah instrumen penelitian tergabtung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “Pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja, sekolah terhadap prestasi belajar anak”. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu: Instrumen untuk mengukur kepemimpinan Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah, Instrumen untuk mengukur prestasi belajar murid Cara Menyusun Instrumen Instrument-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang pendidikan khususnya yang sudah baku sulit ditewmukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrument yang digunakan untuk penelitian. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indicator yang akan diukur. Dari indicator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrument, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrument atau kisi-kisi instrument”. Sebagai contoh misalnya variabel penelitianya “tingkat kekayaan” indicator kekayaan misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indicator rumah, bentuk pertanyaanya misalnya: 1) berapa jumlah anak, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dan sebagainya. Untuk bisa menetapkan indicator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk mnyusun instrument harus cermat agar diperoleh indicator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil –hasil penelitian sebelumnya yang sejenis , dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli. KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN No Variabel Aspek Indikator Jumlah butir 1 Pelaksanaan MPMBS Pilar Mutu Visi-misi dan tujuan penyelenggaraan pendidikan 1 Mempunyai program unggulan 2 Terselenggarakanya pendidikan berwawasan mutu 9 Diketahui hasil output pendidikan di SMK 8 Partisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK 9 Kemandirian dalam Penyelenggaraan SMK 8 Transparansi dalam Penyelenggaraan Pendidikan 7 2 Kinerja Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan Pertimbangan dalam merencanaan Sekolah 4 Pendukung pelaksanaan Program 2 Sebagai Badan Hukum Pertimbangan dalam Pengelolaan Sumber daya, sarana dan prasarana 2 Pendukung dalam Pengelolaan anggaran 2 Sebagai Badan Kontrol Kontrol Perencanaan Pendidikan 2 Kontrol Pelaksanaan Program 2 Kontrol Output Pendidikan 2 Komite Sekolah sebagai penghubung Penghubung perencanaan Penghubung pelaksanaan program 5 3 Profesionalisme Guru Mengelola Pembelajaran Menyusun rencana Pembelajaran 1 Melaksanakan interaksi belajar mengajar 2 Penilaian prestasi belajar siswa 3 Melaksanakan tindak lanjut hasil penelitian 3 Bimbingan Belajar Siswa 1 4 Pengembangan Profesi Pengembangan diri 1 Pengembangan Profesional 4 Menguasai Kemampuan Akademik Memahami wawasan Kependidikan 3 Menguasai bahan kajian akademik 3 Sebagai Manajer Memahami Visi, Misi dan Tujuan Sekolah 1 Melakukan perencanaan 10 Melakukan Pengorganisasian 2 Menggerakan seluruh warga sekolah 3 Melakukan Pengawasan melekat 1 Sebagai Pemimpin Kepribadian 2 Memotivasi 1 Pengambilan Keputusan 1 Komunikasi 1 Pendelegasian 1 Sebagai Wira usahawan Analisis tantangan dan Peluang 2 Menghargai waktu 1 Pemanfaatan Sumberdaya 1 Pencipta Iklim Kerja Menciptakan ruang dan lingkungan kerja yang nyaman 1 Suasana Kerja 1 Sebagai Pendidik Bimbingan kepada warga sekolah 2 Menyelenggarakan program diklat bagi guru dan staf 2 Menyelenggarakan Konsultasi 1 Pembinaan Kewirausahaan Menciptakan tata tertib disekolah 5 Melakukan Supervisi 1 Melaksanakan tindak lanjut Supervisi 1 D. Langkah-langkah Menyusun Instrumen Supaya penyusunan instrument lebih sistematis, sehingga mudah untuk dikontrol, dikonsultasikan, dikoreksi, pada orang ahli, maka sebelum instrument disusun menjadi item-item instrument. Maka perlu dibuat kisi-kisi instrument. Selanjutnya untuk menyusun item-item instrument, maka indicator dari variabel yang akan diteliti dijabarkan menjadi item-item instrument. Item-item instrument harus disusun dengan bahasa yang jelas sehingga semua fihak yang berkepentingan tahu apa yang dimaksud dalam item instrument tersebut. Indicator-indikator variabel itu sering disebut suatu “construct” dari suatu konsep instrument, yang dalam membuatnya diperlukan berbagai konsep dan teori serta hasil penelitian yang memadai. Instrumen dapat dibuat dalam bentuk rating scale atau checklist. Bentuk-bentuk instrument mana yang akan dipilih tergantung beberapa faktor, diantaranya adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Bila akan menggunakan angket, maka bentuk pilihan ganda lebih komunikatif, tetapi tidak hemat kertas, dan instrument menjadi tebal sehingga responden malas untuk menjawabnya. Bentuk checklist, dan rating scale dapat digunakan sebagai pedoman observasi maupun wawancara. Kapan ketiga metode pengumpulan data ini digunakan? Angket : digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia. Observasi : digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil. Wawancara : digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Gabungan Ketiganya : digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat dan konsisten. E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kalau dalam objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitiannya tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konsisten. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat yang mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen- instrumen dalam ilmu alam, misalnya meteran, thermometer, timbangan, biasnya telah diakui validitasnya dan reliabilitasnya (kecuali instrumen yang sudah rusak dan palsu). Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang nontest untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang “salah atau benar” tapi bersifat “positif dan negatif” Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumenyang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilakn data kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarka tujuan yang telah dirumuskan. F. Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrument Berikut ini di kemukakan cara pengujian validitas dan reabilitas instrument yang akan di gunakan untuk penelitian Pengujian Validitas instrument Pengujian valditas konstrak( construct validity) Untuk menguji validitas konstrak, di gunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrument di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan di ukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya di konstultasikan dengan ahli. Para ahli di minta pendapatnya tentang tentang instrumen yang telah di susun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat di gunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin di rombok total. Jumlah tenaga ahli yang di gunakan minimal 3 orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang di teliti. Setelah pengujian konstruk dari ahli dan berdasarkan pengalaman selesai, maka di teruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut di cobakan pada sampel dari mana populasi di ambil.(pengujian pengalaman empiris di tujukan pada pengujian validitas external) jumlah anggota sampel yang di gunakan sekitar 30 orang. Setelah data di tabulasikan maka pengujian validitas konstruksi di lakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor,dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas isi Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isidapat di lakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan meteri pelajaran yang telah di ajarkan. Seseorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang di terapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak memiliki validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat di laksanakan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah di tetapkan. Secara teknis pengujian isi validitas konstruk dan validitas dapat di bantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau matrik pengembangan instrument. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang di teliti, indikator sebagai talak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang di jabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat di lakukan dengan mudah dan sistematis. Pada setiap instrumen baik test maupun nontes terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataa. Untuk menguji validitas butir-butir instrumren lebih lanjut, maka setelah di konsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya di uji cobakan, dan di anaisis sesuia dengan analisis item atau uji coba. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda di lakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah. Pengujian rebilitas instrumen Pengujian rebilitas instrumen dapat di lakukan secara internal maupun eksternal, secara eksternal pengujian dapat di lakukan dengan test-re test (stability), equivalent dan gabungan keduanya. Secra internal rebilitas instrument dapat di uji dengan menganalisis konstitusi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Test – retest Instrument penelitian yang reabilitasnya di uji dengan test- retest di lakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali kepada responden . jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reabilitas di ukur dari koefisien korelasi antara percobaan yang pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan dan signifikan maka instrument itu sudah dpat di katakan relibel. Pengujian cara ini sering juga di sebut stability. Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh untuk satu butir saja : berapa tahu pengalaman kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan tersebut dpat ekuivalen dengan pertanyaan berikut. Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini? Pengujian realbilitas instrumentdengan cara ini cukup di lakukan sekali, tetapi instrumentnya dua, pada responden sama, waktu sama, instrument berbeda. Rebilitas instrumen di hitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrument yang di jadikan equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument dapat di katakan reliabel. Gabungan Pengujian reabilitas ini di lakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama, jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua reabilitas instrument di lakukan dengan mengkorelasikan dua instrument , setelah itu di korelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya di korelasikan secara silang. Internal consistensy Pengujian realibilitas dan internal konsistensi di lakukan dengan caramencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang datdi peroleh di analisi dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat di gunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument. Pengujian reabilitas instrumrn dapat di lakukan dengan teknik belah dua dari spearman brown KR 20, KR 21, dan anova hoyt berikut di berikan rumus-rumusnya. Rumus spearman brown: Dimana: r_1= reabilitas internal seluruh instrumen r_b= korelasi produk moment antara belahan pertama dan kedua RUMUS KR. 20   Dimana : k = Jumlah item dalam instrumen pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1 qi = 1 – pi S2i = varians total RUMUS KR 21 Dimana : k = jumlah item dalam instrumen M = mean skor total S2i = varians total Analisis varian hoyt r_1= 1-( mk_e)/(mk_s ) Contoh pengujian validitas dan rebilitas Pengujian validitas instrumen Pengujian validitas tiap butir di gunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Pengujian reabilitas instrument Pengujian rebilitas instrumen di lakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua yang di analisis dengan rumus spearman brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Selanjutnya skor data kelompok itu di susun sendiri. klik disini ppt

0 komentar :

Posting Komentar

berikan komentar yang pantas

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.